Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peneliti Manfaatkan Teknologi Pengindraan Jauh untuk Pantau Ekosistem Mangrove, Seperti Apa?

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa telah mengembangkan model teknologi pengindraan jauh optik untuk memantau mangrove di Indonesia.

Pasalnya, luas mangrove di seluruh dunia terus menurun dan di berbagai wilayah disebabkan karena pencemaran ekosistem mangrove, eksploitasi, hingga pembukaan lahan.

Dijelaskan peneliti bidang teknologi pengindraan jauh, Ratih Dewanti, teknologi yang disebut Mosaik Bebas Awan (MBA) itu dinilai efisien dalam pengolahan data yang dibutuhkan.

Untuk diketahui, MBA merupakan gabungan antara algoritma Mosaic Tile Based (MTB) dengan model ARD (Analysis Ready Data). Nantinya, teknologi pengindraan jauh optik dapat menghasilkan data serta informasi dalam mendukung pemantauan mangrove.

Sebab, wilayah Indonesia berada di jalur khatulistiwa dengan banyak pulau yang merupakan tempat mangrove hidup, kerap tertutup awan. Sehingga, deteksi mangrove yang dilakukan sering kali mengalami kendala.

“Temuan berupa algoritma MTB, dapat menyelesaikan masalah ketertutupan awan pada data pengindraan jauh optik, terutama untuk wilayah pesisir sekitar khatulistiwa yang sering tertutup awan,” papar Ratih dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/3/2022).

Model ini, kata dia, jika diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir ARD akan lebih signifikan dalam pengolahan datanya. Sementara, konsep ARD membantu pengguna data menjadi efisien dalam pra-pengolahan yang diperlukan.

“Efisien dalam konteks ini adalah lebih cepat dan lebih sedikit penggunaan sumber daya untuk menyediakan data, yang dapat digunakan untuk pemantauan mangrove dibandingkan dengan pendekatan konvensional,” imbuhnya.

Ratih membeberkan hasil pengembangan lima model penyediaan data pengindraan jauh untuk pemantauan mangrove, di antaranya:

  • Model-1 yaitu pengembangan MBA data pengindraan jauh optik
  • Model-2 penentuan liputan mangrove
  • Model-3 pendeteksian keberadaan, kerapatan, dan zonasi mangrove
  • Model-4 pemantauan laju kerusakan lahan mangrove
  • Serta model-5 penyediaan ARD pengindraan jauh

Ia mengungkapkan, bahwa melalui pengembangan model tersebut, implementasi MBA guna pemantauan mangrove berbasis data pengindraan jauh optik secara digital, akan lebih efisien daripada cara konvensional.


Umumnya, cara konvensional mengedepankan interpretasi visual, interpretasi berbasis scene, ataupun justifikasi pakar.

Adapun penilaiannya didasarkan dari pengalaman dalam mengolah data pengindraan jauh optik sebanyak 10 segmen untuk pemantauan mangrove.

"Dengan menggunakan model-2, model-3, dan model-4 memerlukan waktu sekitar tujuh hari, dibanding dengan mengolah data yang sama dengan menggunakan model-1 yang memerlukan waktu hanya 1 hari,” terang Ratih.

Saat ini, hasil temuan tersebut sebagian telah digunakan dalam pemetaan mangrove yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan dilaporkan ke Sistem Pemantauan Hutan Nasional (Simontana).

Dalam Web-GIS, hasil kerja sama IPB-BRIN (Lapan)-Ecometrica, dengan pendanaan dari United Kingdom Space Agency (UKSA), salah satunya telah diimplementasikan model MBA untuk data Landsat.

Dia berharap agar pengembangan model yang efisien dalam pengolahan data pengindraan jauh optik ini, semakin memperkuat penerapan prinsip kebijakan berbasis bukti (evidence based policy).

Di samping itu, pengembangan model terbaru juga dapat mendukung pengaplikasian satu standar dan satu data sebagai bagian dari Kebijakan Satu Peta, sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan data pengindraan jauh sebagai amanat Undang-Undang tentang Keantariksaan.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/11/130500423/peneliti-manfaatkan-teknologi-pengindraan-jauh-untuk-pantau-ekosistem

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke