KOMPAS.com- Menjelang akhir bulan Januari 2022 ini, Matahari disebutkan akan terbenam lebih lambat daripada biasanya. Hal ini akan terjadi di Indonesia yakni di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Lantas, mengapa bisa terjadi Matahari terbenam lebih lambat ini?
Untuk mengetahuinya, berikut penjelasan Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), BRIN, Andi Pangerang dalam edukasi sains lapan yang dikutip Kompas.com, Jumat (21/1/2022).
Saat Matahari terbenam lebih cepat dan lebih lama
Bumi berotasi terhadap sumbunya dengan kemiringan 66,6 derajat terhadap bidang edar atau ekliptika.
Secara bersamaan, Bumi juga mengelilingi Matahari dengan sumbu rotasi yang miring tersebut.
Miringnya sumbu rotasi Bumi saat mengelilingi Matahari dapat menyebabkan waktu terbit dan waktu Matahari terbenam akan bervariasi selama satu tahun, baik itu lebih cepat atau lebih lambat.
Saat sumbu rotasi di belahan utara Bumi dan kutub utara Bumi miring ke arah Matahari, maka Matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di belahan utara Bumi.
Hal ini terjadi saat solstis Juni, yakni ketika Matahari berada paling Utara saat tengah hari yang terjadi setiap tanggal 20/21 Juni setiap tahunnya.
Sementara itu, sumbu rotasi Bumi di belahan selatan Bumi dan kutub selatan Bumi miring menjauhi Matahari. Sehingga, Matahari akan terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat di belahan selatan Bumi.
Hal ini terjadi saat solstis Desember, yakni ketika Matahari berada paling selatan saat tengah hari yang terjadi setiap tanggal 21/22 Desember setiap tahunnya.
Ada dua hal yang perlu dipahami menjadi kombinasi menyebabkan waktu Matahari terbenam lebih lambat di sejumlah wilayah, seperti yang akan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
1. Waktu terbenam Matahari
Waktu yang kita gunakan atau yang kita pahami saat ini dalam melakukan aktivitas sehari-hari yakni waktu sipil atau waktu terzonasi.
Waktu sipil adalah waktu yang ditentuukan berdasarkan bujur tolok zona waktu, misalkan WIB sama dengan 105 derajat BT akan lebih cepat tujum jam terhadap Universal Time.
Sementara, Andi menjelaskan, mengenai Matahari yang terbit lebih cepat maupun lambat ketika solstis seperti yang disampaikan di atas sebelumnya hanya akan terjadi ketika penunjuk waktu yang kita gunakan hanya berdasarkan bayangan Matahari saja.
"Jenis waktu ini kemudian disebut Waktu Matahari Sejati atau Waktu Sejati atau Waktu Istiwak (True Solar Time/ Sundial Time)," kata dia.
Waktu sejati adalah waktu yang diukur menggunakan bayangan Matahari dengan patokan meridian atau bujur setempat, yakni saat arah-utara selatan Matahari ketika tengah hari di masing-masing daerah.
"Hal ini membuat Matahari akan transit atau berkulminasi (mencapai titik tertinggi di atas ufuk) selalu pada pukul 12 menurut waktu sejati," ujarnya.
Namun, deklinasi Matahari atau sudut yang dibentuk antara garis khatulistiwa dengan ekliptika bervariasi dalam satu tahun antara -23,4 derajat hingga +23,4 derajat.
Selain itu, orbit Bumi tidak berbentuk lingkaran sempurna melainkan elips dengan kelonjongan 1/69.
Kedua faktor ini dapat mengakibatkan interval dua transit Matahari yang berurutan (disebut juga 1 hari surya/ solar day atau hari sinodis) menjadi tidak seragam 24 jam, melainkan bervariasi antara 23 jam 59 menit 40 detik hingga 24 jam 0 menit 30 detik.
2. Perata waktu Matahari terbenam
Waktu rata-rata adalah waktu yang diukur dengan posisi Matahari rata-rata dengan patokan meridian atau bujur setempat. Selisih waktu sejati dan waktu rata-rata disebut sebagai perata waktu.
Jadi, dalam waktu istiwak, tengah hari selalu pukul 12. Sedangkan, dalam waktu rata-rata, tengah hari bervariasi antara 11.44 - 12.14 (16 menit sebelum dan sesudah tengah hari rata-rata).
Perata waktu akan bernilai minimum pada 11 Februari dengan nilai -14 menit 11 detik. Hal ini dikarenakan deklinasi Matahari semakin positif dan Bumi semakin menjauhi titik terdekat dari Matahari atau periheion.
Deklinasi Matahari positif yakni menjauhi deklinasi minimum saat solstis dan mendekati ekuinoks.
Selain itu, Matahari akan terbenam semakin akhir bagi pengamat di belahan selatan jika menggunakan waktu sejati.
"Dua kombinasi ini, perata waktu dan waktu terbenam Matahari yang menyebabkan Matahari akan terbenam lebih lambat bagi belahan selatan khususnya belahan selatan Indonesia, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," jelasnya.
Daftar waktu terbenam Matahari lebih lambat
Berikut ini waktu terbenam Matahari untuk di beberapa wilayah di 3 pulau tersebut selama 26 Januari - 1 Februari 2022.
Apa dampak Matahari terbenam lebih lambat?
Menjawab mengenai ini, Andi mengingatkan bahwa sebenarnya ini merupakan hal yang biasa terjadi setiap tahunnya.
Untuk itu, masyarakat diminta tidak panik dalam menyikapi fenomena ini karena merupakan fenomena alami yang memang lazim terjadi.
"Sekitar 10 bulan lagi, sejak 13 hingga 18 November 2022 mendatang, Matahari akan terbit lebih cepat untuk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," jelasnya.
https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/21/190100423/matahari-akan-terbenam-lebih-lambat-di-indonesia-akhir-januari-2022-ada