Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertama Kali, Astronom Amati Kematian Bintang Raksasa

KOMPAS.com - Kematian bintang menjadi salah satu peristiwa dramatis di luar angkasa yang cukup jarang teramati.

Namun untuk pertama kalinya, para astronom berhasil mengamati secara langsung akhir dramatis kehidupan sebuah bintang super raksasa merah.

Mereka menyaksikan dengan cepat proses dari bintang masif yang mengalami pergolakan kematian terakhir sebelum runtuh menjadi ledakan supernova tipe II.

Bintang super raksasa ini terletak di galaksi NGC 5731 dan berjarak sekitar 120 juta tahun cahaya dari Bumi. Sebelum meledak, bintang tersebut berukuran 10 kali lebih besar daripada Matahari.

Mengutip Phys, Sabtu (8/1/2022) astronom berhasil mengamati peristiwa ini dengan menggunakan dua teleskop Hawai'i di Institut Astronomi Universitas Hawai'i Pan-STARRS di Haleakal?, Maui serta Observatorium WM Keck di Maunakea, Pulau Hawai'i.

Tim peneliti melakukan pengamatan bintang super raksasa merah tersebut selama 130 hari menjelang hari-hari terakhirnya meledak.

"Ini adalah terobosan dalam memahami apa yang terjadi pada bintang masif beberapa saat sebelum mereka mati," kata Wynn Jacobson-Galán, seorang Peneliti Pascasarjana NSF di UC Berkeley dan penulis utama studi tersebut.

Deteksi langsung aktivitas pra-supernova pada bintang super raksasa merah belum pernah diamati sebelumnya. Dan pengamatan ini menjadi pertama kali bagi peneliti menyaksikan bintang super raksasa merah meledak.

Teleskop di Pan-STARRS pertama kali mendeteksi bintang masif yang hancur pada musim panas 2020 melalui sejumlah besar cahaya yang memancar dari bintang. Setelah itu beberapa bulan kemudian, pada musim gugur 2020 sebuah supernova menerangi langit.

Tim dengan cepat menangkap kilatan kuat dan memperoleh spektrum pertama dari ledakan energik bernama supernova 2020tlf, atau SN 2020tlf menggunakan Keck Observatory's Low Resolution Imaging Spectrometer (LRIS).

"Teleskop Keck berperan penting dalam memberikan bukti langsung dari transisi bintang masif menjadi ledakan supernova," papar penulis senior Raffaella Margutti dan juga profesor astronomi di UC Berkeley.


Margutti juga mengungkapkan apa yang ia saksikan seperti menonton bom waktu yang berdetak. Ia belum pernah mengonfirmasi aktivitas sebesar itu di bintang super raksasa merah yang sekarat, di mana bintang menghasilkan emisi yang sangat terang, runtuh, dan terbakar sampai sekarang.

Temuan ini pun menentang gagasan tentang bagaimana bintang super raksasa merah berevolusi sebelum meledak.

Sebelum temuan ini, semua bintang super raksasa merah yang diamati sebelum meledak relatif tenang. Mereka tak menunjukkan bukti letusan hebat atau emisi bercahaya.

Namun pengamatan terbaru ini menunjukkan, bahwa sebelum meledak beberapa bintang setidaknya harus mengalami perubahan signifikan dalam struktur internal yang menghasilkan gejolak gas sesaat sebelum runtuh.

Temuan terbaru tersebut juga dapat membantu mengumpulkan lebih banyak bukti perilaku kematian yang terjadi pada sebuah bintang masif.

Temuan ini diterbitkan di The Astrophysical Journal.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/09/110100923/pertama-kali-astronom-amati-kematian-bintang-raksasa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke