Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Seks Anal Tidak Aman? Berbagai Penyakit dan Infeksi Mengintai

KOMPAS.com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sodomi merupakan senggama antarmanusia yang terjadi secara anal, biasanya dilakukan antarpria. Namun tidak jarang, ada suami yang meminta berhubungan badan dengan istrinya lewat anal. Apa risiko dari seks anal?

Dilansir dari WebMD, seks anal adalah istilah yang digunakan untuk setiap aktivitas seksual yang melibatkan anus. Itu tidak selalu hubungan seks anal.

Anus penuh dengan ujung saraf yang membuatnya sangat sensitif, sehingga banyak orang menganggap seks anal menyenangkan.

Diperkirakan, 90 persen pria yang berhubungan seks dengan pria, dan 5-10 persen perempuan yang aktif secara seksual melakukan hubungan seks anal.

Meski banyak orang menganggap seks anal menyenangkan, aktivitas ini memiliki sejumlah risiko kesehatan.

Situs kesehatan WebMD bahkan menyebut seks anal sebagai aktivitas seksual paling berisiko dan area yang paling terdampak dari senggama secara anal atau seks anal adalah anus dan rektum.

Diberitakan Kompas.com edisi 8 Januari 2020, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SsPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menjelaskan, anus atau dubur tidak dipersiapkan untuk menerima masuknya benda asing dari luar, termasuk penis.

Sehingga, masuknya benda asing secara paksa melalui dubur dan tanpa pelumas akan menyebabkan dinding anus dan bagian poros usus (rektum) rentan mengalami luka.

Ketika luka sudah timbul, maka area tersebut rentan mengalami infeksi.

Risiko terjadi luka akan bertambah banyak jika proses anal seks dilakukan secara dipaksa.

"Ini (dubur) bukan tempat untuk senggama, tapi untuk BAB (buang air besar) keluar. Feses sebelum dikeluarkan setiap pagi memang ditampung di situ."

Karena anus berperan sebagai tempat lewatnya feses atau kotoran, kata Ari, jelas bahwa anus bisa menjadi sumber infeksi.

"Ini (anus) sumbernya infeksi, kuman, jamur, bakteri, ada di sana."

Berbagai penyakit infeksi karena hubungan seksual (Sexually Transmitted Disease/STD) mudah ditularkan melalui hubungan anal seks anal.

Ari menyebut beberapa penyakit STD antara lain HIV, Herpes simplex, hepatitis B, hepatitis C, dan Human Papiloma Virus.

Selain itu, infeksi bakteri yang bisa terjadi antara lain gonorea, khlamidia, syphilis, dan shigelosis.

Pasien dengan infeksi bakteri bisa saja mengalami diare berdarah dan berlendir, mengalami luka-luka terinfeksi, bahkan timbul bisul dan radang di seputar dubur dan rektum.

Akibat paling berbahaya dari seks anal adalah terjadinya kanker anus.

"Kanker anus adalah paling ujungnya (paling parah). Yang selalu harus kita duga penyebabnya adalah seks anal," kata Ari.

Ari mengingatkan, risiko terjadi kanker anus sama pada semua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.

"Sejauh ini saya beberapa kali mendapat kasus kanker anus berumur dibawah 30 tahun dan berhubungan dengan riwayat anal seks. Umumnya mereka melakukan anal seks dari partnernya," terang Ari.

Tak hanya bagi penerima, pelaku juga bukan berarti terhindar dari penyakit.

Jika si penerima menderita penyakit, misalnya hepatitis B atau C, maka pelaku juga bisa tertular.

"Jadi ada dampaknya. (Pelaku) tidak juga aman jika penerimanya menderita hepatitis B, C atau HIV. Bisa ketularan," ucapnya.

Penggunaan pelumas memang membuat dubur menjadi lebih lunak untuk penetrasi, namun bukan berarti risiko kesehatan berkurang. Begitu pula jika pelaku menggunakan kondom.

"Kalau pelaku pakai kondom relatif risiko lebih kecil, tapi tetap ada risiko karena anus tidak siap untuk menerima benda asing selain kotoran keluar," jelas Ari.

Kesimpulannya, melakukan seks anal - baik yang dilakukan secara terpaksa atau suka sama suka - merupakan tindakan seksual berisiko tinggi untuk terjadinya berbagai infeksi.

Seks anal dapat mendatangkan infeksi dari virus maupun bakteri, anus dan organ di sekitarnya terluka, hingga yang paling parah adalah kanker anus.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/13/133457323/kenapa-seks-anal-tidak-aman-berbagai-penyakit-dan-infeksi-mengintai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke