Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan Ungkap Ct Value Bukan Indikator Utama Risiko Penularan Covid-19

Sebuah studi terhadap mahasiswa yang menjalani tes rutin dan pelacakan kontak setelah tes positif, menemukan tumpang tindih yang signifikan dalam Cycle Treshold (Ct) antara penyebar dan bukan penyebar. Hal ini membuat Ct value dipertanyakan dalam menentukan kecepatan transmisi.

Bahkan, para peneliti melaporkan dalam Journal of Molecular Diagnostics, bahwa mereka yang memiliki viral load rendah dapat menularkan virus.

“Kami ingin menemukan, apakah ada cara ilmiah yang masuk akal untuk dengan cepat memilah siswa dengan potensi paparan berisiko tinggi terhadap siswa positif Covid-19 untuk dikarantina," jelas rekan penulis Patrice Delafontaine, MD, Departemen Kedokteran, dan Xiao-Ming Yin. , MD, Ph.D., Departemen Patologi dan Kedokteran Laboratorium, Fakultas Kedokteran Universitas Tulane, New Orleans, LA, AS

Melansir Medical Xpress, beberapa penelitian telah menemukan, bahwa Ct value dari uji RT-PCR adalah pengganti untuk infektivitas, dan batas Ct value telah diusulkan sebagai cara untuk memandu praktik isolasi.

“Melalui pengujian dan pelacakan kontak, kami menemukan bahwa Ct value tidak dapat memprediksi penularan. Kita tidak boleh mengabaikan pasien positif dengan viral load rendah, sehingga semua pasien positif harus dikarantina."

Untuk mendukung penelitian ini, Universitas Tulane mempertahankan kegiatan pendidikan di kampus pada semester musim gugur tahun 2020.

Program pengujian pengawasan SARS-CoV-2 dengan hasil tinggi didirikan untuk mendukung upaya pelacakan kontak, isolasi, dan karantina yang diperlukan untuk membatasi penularan virus di seluruh kampus.

Semua siswa diuji dua kali seminggu. Pada saat pengujian, siswa ditanya tentang gejala yang mungkin mereka alami. Pelacak kontak berbicara kepada semua subjek kasus positif untuk mengidentifikasi kontak dekat.

Studi ini mengamati 7.440 pasien yang diskrining antara 1 September 2020 hingga 31 Oktober 2020. Sebanyak 602 kasus positif diidentifikasi.

Dari kelompok ini, 195 kasus indeks diidentifikasi dengan satu atau lebih kontak dekat yang dilaporkan, yang kemudian diuji selama masa karantina 14 hari yang diamanatkan untuk bukti penularan dari kasus indeks terkait.

Dari kasus indeks ini, 48,2% memiliki setidaknya satu kontak yang menjadi positif SARS-CoV-2, sedangkan 51,8% dari kasus indeks adalah nonpenyebar tanpa kontak yang kemudian dites positif. Rata-rata Ct value penyebar dan bukan penyebar hampir identik.

Para peneliti kemudian mengambil pendekatan terbalik, di mana kasus indeks dilacak untuk 481 siswa yang menjalani karantina karena diketahui terpapar penyakit tersebut.

Delapan belas persen siswa menjadi positif selama karantina mereka. Kasus indeks untuk 481 siswa yang dikarantina dianggap penyebar jika dikaitkan dengan satu atau lebih siswa karantina dengan hasil tes positif, atau bukan penyebar jika dikaitkan hanya dengan siswa dengan hasil tes negatif.

Lalu ditemukan, nilai rata-rata Ct value dari kelompok penyebar dan bukan penyebar juga serupa.

Selanjutnya, para peneliti mengidentifikasi dan mengevaluasi 375 kasus positif Covid-19 untuk menilai hubungan antara presentasi gejala dan Ct value.

Gejala yang dilaporkan termasuk lesu, demam, sakit kepala, batuk, pilek, dan gejala gastrointestinal.

Nilai rata-rata dan median Ct valuen secara signifikan lebih rendah pada kasus bergejala dibandingkan pada kasus tanpa gejala. Hal ini menunjukkan viral load yang lebih tinggi.

Temuan ini menunjukkan, bahwa infeksi dengan viral load yang lebih tinggi kemungkinan lebih cenderung mengarah pada pengembangan gejala, atau bahwa individu yang bergejala cenderung memiliki viral load yang lebih tinggi atau mempertahankan viral load mereka untuk jangka waktu yang lebih lama.

Tingkat Ct value kemungkinan berguna pada tingkat populasi, dalam kaitannya dengan presentasi gejala, untuk menunjukkan kemungkinan penularan. Nilai-nilai ini mungkin memiliki kepentingan epidemiologis atau surveilans.

"Secara keseluruhan, kasus indeks ini menunjukkan bahwa Ct value saja tidak memprediksi risiko penularan, dan pelaporan Ct value pada tingkat individu, seperti dengan menetapkan nilai batas 32, akan memberikan sedikit nilai diagnostik untuk manajemen kasus," catat Dr. Delafontaine dan Dr Yin.

"Metode pengujian diagnostik SARS-CoV-2 yang sensitif dan kuat diperlukan untuk mengendalikan penularan virus secara efektif dengan memaksimalkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengarantina, bahkan mereka yang memiliki tingkat virus rendah," tegas mereka.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/18/090300423/ilmuwan-ungkap-ct-value-bukan-indikator-utama-risiko-penularan-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke