Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Baru Sebut Stres Memang Bisa Sebabkan Rambut Beruban

KOMPAS.com - Beberapa orang seringkali menghubungkan bertambahnya uban karena stres.

Bahkan, ada sebuah legenda yang menceritakan rambut Marie Antoinette, Ratu Prancis terakhir sebelum Revolusi Prancis, berubah menjadi abu-abu dalam semalam lantaran stres sebelum pemenggalannya pada tahun 1791.

Meski cerita itu memang tak diketahui kebenarannya, kini sebuah studi baru dari Colombia University Vagelos College of Physicians and Surgeons menemukan bukti kuantitaf hubungan antara stres psikologis dengan rambut beruban.

Tak hanya itu, dalam studi yang dipublikasikan Selasa (22/6/2021) di eLife itu, peneliti menyebut pula, bahwa uban dapat dipulihkan kembali ketika stres hilang.

"Memahami mekanisme yang memungkinkan uban untuk kembali ke keadaan semula dapat menghasilkan petunjuk baru tentang kelenturan penuaan manusia secara umum dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh stres," papar Martin Picard, penulis studi dari Colombia University Vagelos College of Physicians and Surgeons.

Mengutip Medicalxpress, Rabu (23/6/2021) Picard juga menjelaskan jika dari data yang terkumpul, makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penuaan manusia bukanlah proses biologis linier dan tetap.

Namun mungkin, setidaknya sebagian dihentikan atau bahkan dikembalikan untuk sementara.

Proses penuaan ini salah satunya bisa dipelajari melalui rambut.

"Sama seperti cincin di batang pohon yang menyimpan informasi tentang dekade terakhir dalam kehidupan pohon, rambut juga berisi informasi tentang sejarah biologis kita," ungkap Picard.

Informasi tersebut tercatat sejak rambut masih berada di bawah kulit sebagai folikel. Saat itu rambut tunduk pada pengaruh hormon stres dan hal lain yang terjadi pada pikiran dan tubuh kita.

Namun, begitu rambut tumbuh dari kulit kepala, mereka mengeras dan mengkristal secara permanen, menjadi bentuk yang stabil.

Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti kemudian menganalisis rambut dari 14 sukarelawan dan membandingkannya dengan tingkat stres haruan masing-masing relawan.

Hasilnya, peneliti melihat ada hubungan yang mencolok antara stres dan rambut uban. Peneliti juga menyadari ada beberapa uban secara alami mendapatkan kembali warna aslinya ketika stresnya hilang. Temuan ini belum pernah didokumentasikan secara kuantitatif.

"Ada satu orang yang pergi berlibur dan lima helai rambut di kepala relawan kembali gelap selama liburan," kata Picard.


Meski begitu, Picard menambahkan kalau pigmentasi ulang rambut itu mungkin hanya berlaku untuk beberapa orang.

Berdasarkan pemodelan matematika, rambut perlu mencapai ambang batas sebelum berubah menjadi uban.

Di usia paruh baya ketika rambut sudah mendekati ambang batas karena usia biologis dan faktor lainnya, stres akan mendorong melewati ambang batas dan transisi menjadi uban.

"Tetapi pada seseorang berusa 70 tahun yang telah beruban bertahun-tahun, kami tak berpikir mengurangi stres akan menggelapkan kembali rambut mereka. Begitu juga meningkatkan stres pada anak berusia 10 tahun dapat membuat rambut mereka melewati ambang batas dan menjadi beruban," tambah Picard.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/23/194500823/studi-baru-sebut-stres-memang-bisa-sebabkan-rambut-beruban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke