Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Tahun Bertugas, Tikus Pelacak Ranjau Magawa Akhirnya Pensiun

KOMPAS.com- Tikus pelacak ranjau bernama Magawa mengakhiri masa tugasnya. Setelah lima tahun berjibaku mengendus ranjau darat dan persenjataan yang tak meledak di Kamboja, akhirnya tikus ini pensiun dari tugasnya.

Tikus raksasa berkantung yang berasal Afrika ini menjadi hewan pengerat paling sukses yang dilatih dan diawasi oleh APOPO, sebuah organisasi nirlaba Belgia.

Magawa memang bertugas untuk menemukan ranjau darat dan memperingatkan sang pawang sehingga bahan peledak dapat dipindahkan dengan aman.

Selama bertugas, Magawa telah membersihkan lebih dari 141.000 meter persegi tanah, setara dengan sekitar 20 lapangan sepak bola, mengendus 71 ranjau darat dan 38 buah persenjataan yang belum meledak.

Tak heran tahun lalu, Magawa, si tikus pelacak ranjau darat ini memenangkan penghargaan sipil tertinggi badan amal Inggris untuk keberanian hewan-sebuah kehormatan yang sejauh ini khusus diperuntukkan bagi anjing. Namun kini masa tugasnya pun akhirnya berakhir.

"Meski masih dalam kondisi sehat, usianya sudah memasuki masa pensiun dan jelas mulai melambat. Ini adalah waktunya," kata APOPO seperti dikutip dari Phys, Senin (7/6/2021).

Lily Shallom, juru bicara APOPO mengungkapkan di masa pensiunnya, Magawa akan tinggal di kandang yang sama seperti sebelumnya dan mengikuti rutinitas harian yang sama, tetapi tidak akan pergi ke ladang ranjau lagi.

Magawa juga akan diberi makan makanan yang sama, memiliki waktu bermain setiap hari dan mendapatkan olahraga teratur dan pemeriksaan kesehatan

"Dia (tikus pelacak ranjau darat) kebanyakan makan buah dan sayuran segar. Lalu ditambah dengan ikan kecil yang dijemur untuk protein dan pelet impor untuk vitamin dan serat," kata Shallom bercerita.

Selama 20-30 menit sehari, Magawa juga dilepas ke kandang yang lebih besar dengan fasilitas seperti kotak pasir dan roda lari.

Selain di Kamboja, APOPO sendiri juga bekerja untuk membersihkan jutaan ranjau yang tertinggal dari perang dan konflik di Angola, Zimbabwe, dan Mozambik.

Ranjau darat sisa peperangan masih jadi ancaman hingga saat ini. Lebih dari 60 juta orang di 59 negara terus terancam oleh ranjau darat dan persenjataan yang tidak meledak.

Pada 2018, ranjau darat dan sisa-sisa perang lainnya menewaskan atau melukai 6.897 orang.

Magawa adalah bagian dari kelompok tikus pelacak ranjau darat yang dibiakkan untuk tujuan membersihkan ranjau.

Hewan pengerat ini lahir di Tanzania pada 2014. Lalu pada 2016, Magawa pindah ke kota barat laut Kamboja, Siem Reap untuk memulai karirnya sebagai pelacak ranjau.

APOPO memutuskan bahwa tikus berkantung raksasa Afrika paling cocok untuk pembersihan ranjau darat karena ukurannya memungkinkan mereka berjalan melintasi ladang ranjau tanpa memicu bahan peledak, serta melakukannya jauh lebih cepat daripada manusia.

Mengutip pemberitaan Kompas.com sebelumnya, tikus berkantung raksasa Afrika (Cricetomys ansorgei) ini juga memiliki indera penciuman yang sangat baik.

Tikus tak hanya mampu mengendus ranjau melainkan juga mendeteksi penyakit seperti tuberkolosis.

Tikus raksasa berkantung Afrika kebanyakan ditemukan di Afrika sub-Sahara dan bersifat omnivora.

Spesies tikus pelacak ranjau ini, mampu hidup hingga 8 tahun, memiliki panjang tubuh sekitar 30-35cm dan berat antara 1 hingga 1,3 kg.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/07/200400323/5-tahun-bertugas-tikus-pelacak-ranjau-magawa-akhirnya-pensiun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke