Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Akses Air Minum Indonesia sudah Layak, tapi Hanya 11,2 Persen yang Aman

KOMPAS.com- Untuk mewujudkan masyarakat sehat, para ahli meyakini bahwa hal itu bisa diciptakan dengan memenuhi kebutuhan dasarnya, salah satunya adalah akses air minum yang berkualitas, layak dan aman di Indonesia.

Dengan demikian, seharusnya air minum yang bersih dan berkualitas harusnya bisa diakses dengan mudah oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat di mana pun berada.

Berdasarkan data Susenas BPS tahun 2019, 89 persen masyarakat di Indonesia sudah memiliki akses sumber air minum yang layak dan terlindungi.

Namun, berdasarkan data proyeksi nasional tahun 2019 berbasis studi UNICEF dan data BPS di Provinsi DI Yogyakarta, ternyata hanya 6,9 persen saja sumber air minum di masyarakat yang masuk dalam kategori aman untuk dikonsumsi.

Hal ini dianggap mengkhawatirkan karena sumber air minum yang tidak aman bisa menjadi sumber dari berbagai penyakit bagi semua golongan usia mulai dari anak-anak hingga dewasa dan lansia.

Terlebih lagi, Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Ir Doddy Izwardy MA mengatakan, 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air minum dari sarana yang terkontaminasi.

Dijelaskannya, sarana air minum itu banyak terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli (E. coli). Untuk diketahui, bakteri E. coli adalah bakteri yang hidup di dalam usus manusia untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan.

Meski baik untuk menjaga kesehatan pencernaan, tetapi beberapa jenis bakteri E. coli justru menyebabkan penyakit infeksi seperti infeksi pada kantung empedu, saluran kemih, selaput otak, paru-paru dan saluran pencernaan.

Salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling mudah terjadi akibat air minum yang tidak aman ini adalah diare. Padahal, diare adalah penyakit ketujuh yang banyak menyebabkan kematian, terlebih jika yang menderita adalah anak-anak.

Dampak berbahaya air minum yang tidak aman ini adalah anak mengalami stunting. Dengan demikian, kebutuhan kita sehari-hari bukanlah hanya melihat air minum itu layak atau tidak saja. Melainkan juga harus diketahui air tersebut aman atau tidak.

Akses air minum aman

Disampaikan Doddy, akses air minum aman dan layak di Indonesia mencapai rata-rata 93 persen. Untuk di perkotaan akses air minum layak mencapai 97,6 persen, dan di pedesaan sekitar 87,1 persen.

Akan tetapi, hal ini sedikit berbalik dengan pencapaian akses air minum aman yakni rata-rata hanya mencapai 11,9 persen saja.

Untuk di daerah perkotaan akses air minum aman terdata baru 15,3 persen. Sedangkan, di pedesaan akses air minum aman rumah tangga hanya sekitar 8,3 persen.

"Kalau kita lihat, keterjangkauan akses air minum berada di dalam rumah itu hanya 40,2 persen dan di kawasan dalam pagar rumah itu hanya 21 persen," jelas Doddy dalam diskusi bertajuk Diseminasi Hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga Tahun 2020, Rabu (31/3/2021).

Sementara akses air minum aman yang berada di luar pagar rumah itu sekitar 38,8 persen.

Dengan data-data yang didapatkan ini, Doddy berharap pihak-pihak terkait bisa menjadikannya sebagai acuan untuk melihat Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sarana Air Minum (IKL SAM)di Indonesia.

"Berdasarkan analisis oleh pakar-pakar, capaian IKL SAM di Indonesia itu hanya 85 persen," ucap dia.

Bagaimana menentukan air minum aman?

Air minum yang aman dapat dicapai dengan proses yang bertahap, memenuhi empat aspek berikut.

1. Akses air minum layak

Untuk aspek akses air minum layak ini adalah akses air minum yang berasal dari sarana air minum terlindungi seperti sumur pompa, penampungan air hujan atau sumur bor.

Akses air minum yang layak juga bukan yang berasal dari jaringan perpipaan.

2. Aksesibilitas

Air minum dapat dikatakan aman apabila akses air minum juga tersedia di dalam ataupun di halaman rumah.

3. Kontinuitas

Untuk aspek berikutnya adalah air minum bisa dikatakan aman apabila air bisa diakses atau tersedia setiap saat, 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

4. Kualitas

Apsek terakhir untuk menentukan air minum di masyarakat adalah kategori aman yakni menyangkut kualitas.

Mengenai kualitas ini harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Cara mencapai akses air minum aman

Seperti diketahui, untuk dapat memenuhi empat aspek standarisasi air minum bisa dikatakan aman, maka tidak banyak wilayah Indonesia yang bisa melengkapinya hanya mengandalkan sumber air di alam sekitarnya.

Sehingga, akses air minum aman lebih mudah dicapai melalui jaringan perpipaan. Oleh karena itu, sudah ada beberapa program yang saling terkait.

Pertama, Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) yaitu sebuah pendekatan yang membantu penyelanggaran SPAM untuk menyediakan air minum aman bagi konsumen dengan mengidentifikasi dan memitigasi risiko yang membahayakan kualitas air minum dalam sistem penyediaan air minum yang dikelola.

Kedua, Pengawasan Kualitas Air Minum (PKAM) yakni sarana untuk mengawasi agar program penyediaan air minum aman memang sesuai dengan standar peraturan yang ada, dan kualitas air akan diuji melalui laboratorium air. Hal ini umumnya dilakukan oleh dinas kesehatan dan penyelenggaran SPAM. 

Ketiga, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yakni edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya air minum yang aman, sehingga masyarakat bisa sadar pentingnya air minum aman.

Saat ini diketahui, jumlah pelaksana penyelenggara air minum yakni 387 BUMD Air Minum dan 29.816 Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAM)

Penyediaan air minum aman ini baru bisa dianggap sukses apabila masyarakat tidak perlu lagi membeli air kemasan karena kualitas dan keamanan air minum yang ada di rumah mereka sudah terjamin.

"Dari data ini kita bisa melihat spektrum untuk bagaimana kita bisa bekerja lintas sektor mengatasi persoalan ini, bagaimana perbaikannya ini," tegas Doddy.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/01/120200423/studi--akses-air-minum-indonesia-sudah-layak-tapi-hanya-11-2-persen-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke