Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Rupa Hujan di Planet Lain | BMKG Deteksi Siklon Tropis 94W

KOMPAS.com - Pada hari pertama puasa kemarin, ada 4 berita Populer Sains yang menarik untuk dibaca.

Mulai dari pembahasan kenapa durasi puasa di beberapa negara berbeda. Ada yang puasa sampai 20 jam seperti di Greenland, hingga yang tersingkat 11,5 jam.

Selain itu, penelitian terbaru telah membuktikan bahwa varian virus corona B.1.1.7 tidak menyebabkan Covid-19 parah. Varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris itu beberapa waktu terakhir menjadi momok baru di masa pandemi.

Berita lain yang menarik adalah rupa hujan di planet lain. Mungkin ini salah satu fenomena yang menjadi pertanyaan kita, apa di planet lain juga ada hujan dan bagaimana bentuknya?

Terakhir, BMKG kemarin mengumumkan adalah bibit siklon tropis 94W di sekitar Pasifik Barat sebelah utara Papua. Siklon tropis ini bisa berdampak pada kondisi cuaca di Indonesia.

Berikut ulasannya:

Waktu dan durasi puasa Ramadhan di setiap kota dan negara berbeda. Ada negara yang mengalami durasi sangat panjang, ada pula yang singkat.

Astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan, puasa dimulai saat cahaya fajar astronomis muncul di kaki langit timur dan berakhir ketika piringan teratas Matahari meninggalkan garis kaki langit barat atau terbenam sempurna.

Namun, kedudukan Matahari berbeda-beda mengikuti gerak semu tahunannya, sehingga durasi puasa di seluruh dunia pun berbeda-beda, tergantung kedudukan garis lintangnya.

Indonesia yang berada di kawasan tropis mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh fenomena ini karena kedudukan Matahari yang mengalami gerak semu tahunan di antara garis balik utara (lintang 23,5 LU) hingga garis balik selatan (lintang 23,5 LS).

Namun, lain ceritanya dengan negara-negara di kawasan subtropis. Durasi puasa jadi berbeda-beda seiring peningkatan garis lintang.

Baca artikel selengkapnya di sini:

Indonesia Puasa 13 Jam dan Greenland 20 Jam, Kenapa Durasi Puasa Beda-beda?

Sebelumnya varian baru virus corona Inggris B.1.1.7 disebut bisa menyebabkan Covid-19 dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan bahkan risiko kematian yang lebih tinggi.

Namun, menurut penelitian baru, varian baru virus corona B.1.1.7 ini tak terbukti meningkatkan keparahan Covid-19.

Dalam dua penelitian yang diterbitkan di The Lancet Infectious Diseases dan di The Lancet Public Health, para ilmuwan memberikan berita baik terkait varian baru virus corona B.1.1.7 yang muncul dari Inggris pada Desember lalu.

Para peneliti melaporkan, bahwa dari hasil penelitian, varian virus B.1.1.7 tidak berkaitan dengan penyakit Covid-19 yang lebih parah atau kematian.

Varian virus ini juga disebut tidak menyebabkan gejala yang berbeda (atau lebih banyak), di antara mereka yang terinfeksi, dibandingkan dengan jenis virus SARS-CoV-2 sebelumnya.

Namun mereka juga menekankan, bahwa temuan ini bukanlah hasil final tentang dampak varian.

Baca penjelasan selengkapnya di sini:

Penelitian Baru: Varian Virus Corona B.1.1.7 Tak Terbukti Sebabkan Covid-19 Parah

3. Rupa hujan di planet lain

Hujan ternyata tak hanya terjadi di Bumi saja, namun juga di seluruh Tata Surya.

Tapi hujan di planet lain tak serupa dengan di Bumi.

Jenis material yang jatuh dari langit berbeda-beda tergantung dengan planet itu sendiri.

Jika di Bumi terjadi hujan Air, maka di Mars terjadi hujan karbondioksida. Sementara itu, di Titan terjadi hujan metana, di Venus asam sulfat, dan yang menarik hujan berlian berpotensi terjadi di Neptunus.

Akan tetapi, penelitian baru yang dipimpin oleh Kaitlyn Loftus dari Harvard rupanya juga menemukan kesamaan antara hujan di Bumi dengan planet lain.

Seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (13/4/2021) para peneliti menyebut bahwa kesamaannya terletak pada ukuran tetesan hujan yang apa pun materialnya akan berukuran serupa dengan hujan di Bumi.

Penjelasan selengkapnya di sini:

Seperti Apa Rupa Hujan di Planet Lain? Ini Gambarannya

4. Bibit siklon tropis 94W terdeteksi

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali memantau adanya bibit siklon tropis yang bisa berdampak terhadap kondisi cuaca wilayah Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto MSi dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan, pada tanggal 12 April 2021, pukul 07.00 WIB, telah terbentuk bibit siklon tropis 94W.

Bibit siklon tropis 94 W ini terpantau berada di sekitar Pasifik Barat sebelah utara Papua, tepatnya di titik koordinat -5.8 LU - 141.1 BT.

Dikatakan Guswanto, area tersebut termasuk sebagai wilayah monitoring Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta.

Guswanto berkata, keberadaan bibit siklon tropis 94W dalam 24 jam ke depan ini akan memberikan dampak tidak langsung terhadap cuaca di Indonesia.

Beberapa dampak yang berpeluang terjadi akibat bibit siklon tropis 94W dapat dibaca di sini:

BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 94W, Apa Dampak Cuaca di Indonesia?

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/14/060200623/populer-sains-rupa-hujan-di-planet-lain-bmkg-deteksi-siklon-tropis-94w

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke