Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksin Covid-19 Ini Diujikan pada Varian Virus Corona Afrika Selatan, Apa Hasilnya?

KOMPAS.com- Vaksin Covid-19, Novovax dan Johnson & Johnson mulai diujikan untuk melihat kemampuannya melawan varian virus corona yang kali pertama muncul di Afrika Selatan.

Data uji klinis menunjukkan kemampuan kedua vaksin Covid-19 ini kurang signifikan untuk melindungi dari penyakit dari varian virus yang muncul di Afrika Selatan.

Menurut para ilmuwan, ini menggarisbawahi bahwa kebutuhakan untuk memvaksinasi sejumlah besar orang dapat dilakukan secepat mungkin.

Vaksin dari Novovax Inc dan Johnson & Johnson disambut sebagai senjata masa depan yang penting dalam melawan pandemi virus corona.

Kendati demikian, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (31/1/2021), kedua vaksin Covid-19 ini secara signifikan kurang efektif dalam mencegah infeksi pada peserta uji coba di Afrika Selatan.

Varian virus corona Afrika Selatan adalah jenis mutasi yang tersebar luas di negara ini. Dibandingkan negara-negara lain, mutasi ini masih jarang terjadi.

"Jelas, mutan memiliki efek yang semakin mengurangi kemanjuran vaksin. Kami dapat melihat bahwa kita ditantang," kata Dr Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Penyakit Alergi dan Infeksi, dalam sebuah penjelasan.

Hasil uji coba vaksin Covid-19

Novovax melaporkan hasil uji coba pada Kamis lalu yang menunjukkan efikasi vaksin atau kemanjuran 50 persen efektif secara keseluruhan dalam mencegah Covid-19 di antara orang-orang di Afrika Selatan.

Dibandingkan dengan hasil tahap akhir di Inggris, di mana di negara tersebut vaksin Novovax memiliki efikasi lebih tinggi yakni mencapai 89,3 persen dalam mencegah Covid-19.

Sedangkan Johnson & Johnson mengatakan pada Jumat lalu, satu suntikan vaksin virus corona yang dikembangkan perusahaan ini, 66 persen efektif secara keseluruhan dalam uji coba besar-besaran di tiga benua.

Akan tetapi, terdapat perbedaan besar menurut wilayah. Seperti di Amerika Selatan, di mana varian virus corona Afrika Selatan pertama kali dilaporkan minggu ini, kemanjuran vaksin Covid-19 J&J diklaim mencapai 72 persen.

Namun, uji coba vaksin yang dilakukan di Afrika Selatan, efikasi vaksin Covid-19 Johnson & Johnson hanya mencapai 57 persen.

Sementara itu, pada varian lain virus corona yang lebih menular yang pertama kali ditemukan di Inggris dan sekarang di lebih dari separuh negara bagian AS kurang mampu menghindari kemanjuran vaksin daripada di Afrika Selatan.

Kendati demikian, temuan efikasi vaksin ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa efektif vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna dapat bersaing dalam melawan varian baru virus corona.

Kedua vaksin ini, Pfizer dan Moderna menunjukkan efikasi mencapai 95 persen dalam uji coba yang dilakukan terutama di Amerika Serikat sebelum versi baru diidentifikasi di negara lain.

"Sekarang, ini pandemi yang berbeda," kata Dr. Dan Barouch, seorang peneliti di arvard University Medical School’s Beth Israel Deaconess Medical Center, di Boston yang membantu pengembangan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.

Bahkan, selain varian virus corona baru, Barouch mengingatkan adanya varian lain di Brasil, Afrika Selatan dan Amerika Serikat, yang secara substansial kebal terhadap antibodi yang diinduksi oleh vaksin.

Chief Executive Pfizer Albert Bourla mengatakan kemungkinan besar varian baru virus corona yang muncul pada akhirnya dapat membuat vaksin yang dikembangkan tidak efektif.

"Ini belum terjadi, tapi saya pikir kemungkinan besar suatu hari nanti, hal itu akan terjadi," kata Bourla di Forum Ekonomi Dunia.

Saat ini, produsen obat sedang mempertimbangkan apakah vaksinnya perlu diubah untuk dapat bertahan dalam melawan varian virus corona Afrika Selatan.

Kendati demikian, para ahli masih optimis bahwa keempat vaksin Covid-19, Pfizer-BioNTech, Moderna, Novovax dan Johnson and Johnson, masih memiliki kemampuan yang berperan besar dalam meredam Covid-19 yang parah.

"Akhir permainannya adalah menghentikan kematian, mencegah rumah sakit tidak mengalami krisis, dan semua vaksin ini, bahkan terhadap varian virus corona Afrika Selatan, tampaknya melakukannya secara substansial," jelas Dr. Amesh Adalja, ahli penyakit menular di Pusat Johns Hopkins untuk Keamanan Kesehatan.

Misalnya, vaksin Covid-19 J&J yang 80 persen efektif mencegah penyakit parah di Afrika Selatan.

Kepala Ilmiah J&J Dr. Paul Stoffels menduga bahwa jenis reaksi sistem kekebalan yang disebut respons sel T memainkan peran dalam perlindungan dan mungkin dapat membantu mencegah penyakit parah.

"Kami tahu itu sampai batas tertentu, tetapi juga lebih baik dan sangat meyakinkan bahwa kami dapat melihatnya sekarang di klinik," kata Stoffels.

Fauci mengatakan penurunan tingkat kemanjuran atau efikasi vaksin Covid-19 menggarisbawahi bahwa perlu untuk mengikuti perkembangan dari varian baru virus corona dengan cermat.

Selain itu, untuk mempercepat upaya vaksinasi Covid-19 sebelum muncul lagi mutasi baru yang bahkan lebih berbahaya.

"Cara terbaik untuk mencegah evolusi lebih lanjut dari virus adalah dengan mencegahnya berkembang biak. Dan Anda melakukannya dengan memvaksinasi orang secepat mungkin." kata Fauci.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/31/190200423/vaksin-covid-19-ini-diujikan-pada-varian-virus-corona-afrika-selatan-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke