Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Positivity Rate Covid-19 Indonesia Cetak Rekor Baru 31,1 Persen Apa Artinya?

KOMPAS.com- Positivity rate Covid-19 di Indonesia, per Senin (11/1/2021) kembali mencetak rekor baru dengan angka harian mencapai 31,1 persen.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan merilis angka positivity rate Covid-19 harian pada Minggu (10/1/2021) mencapai 30,3 persen.

Lantas, apa itu positivity rate Covid-19?

Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.

Berdasarkan standar yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka positivity rate Covid-19 seharusnya kurang dari 5 persen.

"Hari ini (Senin), positivity rate-nya sudah mencapai rekor baru 31,1 persen, ini kasus hariannya," kata ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/1/2021).

Windhu menjelaskan dengan total kasus Covid-19 di Indonesia per Senin, 836.718 kasus positif, secara kumulatif positivity rate Covid-19 mencapai 15,8 persen.

"Artinya apa? Itu menunjukkan bahwa penularan Covid-19 sangat tinggi saat ini di Indonesia," ungkap Windhu.

Positivity rate adalah angka yang menunjukkan seberapa besar orang terinfeksi virus corona di dalam sebuah populasi.

Lebih lanjut Windhu menjelaskan apabila dalam satu populasi semua orang dites, misalnya ada 100 orang dalam satu populasi. Maka, kasus positif Covid-19 itu ada sekitar 31,1 persen.

"Jadi, hampir sepertiga orang dari populasi itu positif Covid-19. Betapa mengerikannya, (sebab) di sekitar kita sepertiga orang itu positif Covid-19," jelas Windhu.

Kesimpulannya, dengan kondisi positivity rate tersebut menunjukkan bahwa penularan virus corona di masyarakat sangat tinggi.

"Positivity rate itu menunjukkan angka infeksi yang ada di masyarakat. Bahkan tingkat penularannya juga cukup tinggi saat ini," kata Windhu.

Penyebab tingginya positivity rate Covid-19

Windhu menjelaskan bahwa meningkatnya angka infeksi atau positivity rate Covid-19 di Indonesia, disebabkan karena semakin rendah tingkat kepatuhan masyarakat.

"Ada dua penyebabnya, yakni pergerakan manusia dan interaksi," kata Windhu.

Lebih lanjut Windhu menjelaskan bahwa pergerakan manusia atau masyarakat dalam beberapa bulan terakhir sangat tinggi.

Hal ini seiring dengan semakin longgarnya aturan perjalanan, yang menyebabkan mobilitas masyarakat semakin tinggi di tengah pandemi virus corona.

"Virus itu dibawa oleh orang atau inangnya. Saat dia pergi ke tempat lain, lalu berinteraksi, maka virus juga akan turut menyebar," jelas Windhu.

Masyarakat sudah semakin abai dengan protokol kesehatan. Penggunaan masker hingga menjaga jarak fisik, sudah semakin longgar dilakukan.

Hal-hal inilah, kata Windhu, yang menyebabkan angka infeksi atau positivity rate Covid-19 di Indonesia semakin tinggi, dari batas standar yang diterapkan WHO yakni kurang dari 5 persen.

Windhu kembali menekankan bahwa prinsip epidemiologi sangatlah penting dalam menanggulangi wabah atau pandemi virus corona yang saat ini dihadapi.

Di antaranya penerapan tracing, testing, dan treatment (3T). Windhu menjelaskan penemuan kasus melalui tracing sangat mutlak dilakukan, guna memutus rantai penularan penyakit.

"Sayangnya, tracing kita masih sangat rendah. Kalau hanya sedikit kasus yang ditemukan, maka wabah tidak akan pernah bisa ditanggulangi," jelas Windhu.

Selanjutnya, testing, yakni pengujian Covid-19 untuk mendeteksi infeksi lebih awal. Windhu menyayangkan bahwa saat ini angka testing di Indonesia masih sangat rendah.

"Padahal untuk bisa lebih hemat, tes dengan PCR test bisa diupayakan dengan teknik-teknik tertentu. Secara umum, bisa dikatakan bahwa kita tidak punya mindset untuk menangani pandemi, karena semuanya serba tanggung," papar Windhu.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/11/193000523/positivity-rate-covid-19-indonesia-cetak-rekor-baru-311-persen-apa-artinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke