Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Molase, Campuran Madu Palsu yang Buruk untuk Kesehatan Kita

KOMPAS.com - Belum lama ini Polda Banten menangkap pembuat madu palsu di wilayah Joglo, Kembangan, Jakarta Barat.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, madu yang dijajakan dengan harga Rp 25.000 itu adalah hasil campuran dari glukosa, fruktosa, dan molase.

Kasubdit Indag 1 Kriminal Khusus Polda Banten AKBP Doffie Pahlevi menjelaskan bahwa molase merupakan salah satu campuran pakan ternak yang berbahaya jika dikonsumsi manusia.

Apa sebenarnya molase?

Pakar toksikologi Universitas Indonesia (UI) Dr. Rer. Nat. Budiawan menjelaskan, molase (bahasa Inggris molasses) merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula atau tebu.

"Karena dia cairan kental, masyarakat mengenalnya (molase) sebagai tetes tebu," kata Budiawan kepada Kompas.com, Rabu (11/11/2020).

Molase sendiri memang menghasilkan warna keruh cokelat yang mirip madu.

Kendati warnanya mirip, rasa manis yang dihasilkan molase tidak sama dengan madu asli.

Ini karena molase memiliki kandungan glukosa sebanyak 40-50 persen dan sisanya kandungan natrium dan sodium.

"Karena molase adalah produk sampingan, kita harus hati-hati dalam konteks ini karena dia bukan produk utama. Jadi bisa dikatakan limbah, tapi masih bisa dikelola dengan baik," ujarnya.

"Istilah produk samping itu maksudnya tidak murni suatu produk, tapi di luar proses (pembuatan) gula utamanya," jelas dia.

Dampak molase

Budiawan mengatakan, sejumlah bukti yang dilakukan di negara-negara penghasil gula atau tebu, seperti di Kuba atau Amerika Latin, menemukan efek buruk molase jika dikonsumsi manusia.

"Kasusnya memang tidak banyak. Tapi ada dugaan-dugaan bahwa kandungan natrium dan sodiumnya yang banyak berpotensi meningkatkan hipertensi," ujar dia.

Selain hipertensi, ada juga bukti yang menyatakan bahwa molase dapat memicu terjadinya gangguan sistem saraf pusat.

"Kasus-kasus di Indonesia memang belum banyak ditemukan dan memang kita belum concern ke arah itu," ungkapnya.

Dengan kasus madu palsu yang menggunakan molase ini, Budiawan berharap kita harus mulai memperhatikannya.

Terlebih Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengawasi molases, karena itu adalah produk samping yang dijadikan madu abal-abal.

"Karena warna cokelat dan manis, orang bisa saja beranggapan (molase) ini bisa dipakai untuk tambahan madu. Padahal komposisi dan kandungan di madu kan beda," imbuhnya.

Pemanfaatan molase, dari bahan pangan ternak hingga etanol

Lebih lanjut Budiawan menerangkan bahwa molases biasa dijadikan untuk pakan ternak dan kesuburan tanah.

Karena molase memiliki jumlah natrium yang cukup banyak, saat produk sampingan ini diberikan ke tanah dalam jumlah banyak justru akan mengganggu kesuburan tanahnya.

Molase juga bisa diubah menjadi etanol atau alkohol, monosodium glutamate (MSG).

"Kembali lagi saya mengingatkan, molase adalah produk samping yang harus diperhatikan komposisinya apakah layak untuk dijadikan sebagai suatu produk untuk kebutuhan manusia," katanya.

"Tapi kalau dia dijadikan madu, jelas itu adalah madu palsu karena madu beda dengan molasses. Masyarakah harus paham, kalau dikatakan kandungannya molasses berarti (produk) itu bukan madu."

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/11/100000123/mengenal-molase-campuran-madu-palsu-yang-buruk-untuk-kesehatan-kita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke