Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli Temukan Planet Terpanas, Suhunya 3.200 Derajat Celsius

KOMPAS.com - Teleskop luar angkasa CHEOPS menemukan planet paling panas di alam semesta yang dinamai WASP-189b.

CHEOPS meruakan misi kolaborasi oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) di Swiss, di bawah naungan Universitas Bern dan bekerja sama dengan Universitas Jenewa.

Delapan bulan setelah CHEOPS memulai misinya, publikasi ilmiah menggunakan data yang didapat teleskop ruang angkasa itu akhirnya diterbitkan di jurnal Astronomy & Astrophysics.

Dilansir Phys.org, Senin (28/9/2020), CHEOPS adalah misi ESA pertama yang didedikasikan untuk mengkarakterisasi exoplanet, bintang yang mengorbit di luar tata surya.

Exoplanet pertama kali ditemukan pada 1995 oleh dua astronom Swiss, Michel Mayor dan Didier Queloz yang tahun lalu mendapat Hadiah Nobel untuk temuan ini.

Dengan menggunakan data CHEOPS, para ilmuwan melakukan riset mendetail tentang exoplanet WASP-189b.

"Pengamatan ini menunjukkan bahwa CHEOPS sepenuhnya melakukan pekerjaannya dengan sangat baik dan memenuhi ekspektasi," kata Willy Benz, profesor astrofisika di Universitas Bern dan kepala konsorsium CHEOPS.

Planet paling ekstrem di semesta

WASP-189b merupakan exoplanet yang mengorbit bintang HD 133112, salah satu bintang terpanas yang diketahui memiliki sistem planet.

Exoplanet WASP-189b ini berjarak 322 tahun cahaya dari bumi dan terletak di konstelasi Libra.

"WASP-189b sangat menarik karena ia adalah gas raksasa yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya. Dibutuhkan kurang dari tiga hari untuk mengitari bintangnya," kata Monika Lendl, penulis utama studi dari Universitas Jenewa.

"Jarak (WASP-189b) dengan bintangnya sekitar 20 kali lebih dekat dibanding dari bumi ke matahari," imbuh Lendl yang juga anggota Pusat Kompetensi Nasional di Pusat Penelitian.

Planet WASP-189b menurut perkiraan ilmuwan ukurannya 1,5 kali lebih besar dibanding Jupiter, planet terbesar di tata surya.

Lebih lanjut Monika Lendl menjelaskan bahwa objek planet seperti WASP-189b sangat eksotis.

"Mereka memiliki sisi siang permanen, yang selalu terpapar cahaya bintang. Dan oleh karena itu, sisi satunya adalah malam permanen," katanya.

Ini artinya, iklim WASP-189b sangat berbeda dengan iklim Planet Jupiter dan Saturnus yang ada di tata surya kita.

Berdasarkan pengamatan CHEOPS, ahli memperkirakan suhu WASP-189b mencapai 3.200 derajat Celsius.

"Planet seperti WASP-189b disebut Jupiter ultra-panas. Besi meleleh pada suhu setinggi itu, dan bahkan menjadi gas. Objek ini adalah salah satu planet paling ekstrim yang kami kenal sejauh ini," kata Lendl.

Pengukuran kecerahan sangat presisi

Lendl berkata, kita tidak dapat melihat WASP-189b karena letaknya yang sangat jauh dari bumi dan posisinya sangat dekat dengan bintang induknya.

"Jadi kami mengandalkan metode tidak langsung," jelas Lendl.

Untuk itu, CHEOPS menggunakan pengukuran kecerahan yang sangat presisi ketika sebuah planet lewat di depan bintangnya seperti yang terlihat dari Bumi, bintang tersebut tampak lebih redup untuk waktu singkat. Fenomena ini disebut transit.

"Karena exoplanet WASP-189b sangat dekat dengan bintangnya, sisi siangnya sangat terang sehingga kami bahkan dapat mengukur cahaya yang 'hilang' ketika planet lewat di belakang bintangnya. Ini disebut okultasi," kata Lendl.

"Kami telah mengamati beberapa okultasi WASP-189b dengan CHEOPS. Tampaknya planet ini tidak memantulkan banyak cahaya bintang. Sebaliknya, sebagian besar cahaya bintang diserap oleh planet, memanaskannya dan membuatnya bersinar," imbuh dia.

Para peneliti percaya bahwa planet ini tidak terlalu reflektif karena tidak ada awan di siang hari.

"Ini tidak mengherankan, karena model teoretis memberi tahu kita bahwa awan tidak dapat terbentuk pada suhu setinggi itu," kata Lendl.

Rekan Lendl, Willy Benz menambahkan, pihaknya juga menemukan bahwa transit gas raksasa itu di depan bintangnya tidak simetris.

Hal ini terjadi jika bintang memiliki zona yang lebih terang dan lebih gelap di permukaannya.

"Berkat data CHEOPS, kami dapat menyimpulkan bahwa bintang itu sendiri berputar begitu cepat sehingga bentuknya tidak lagi bulat, tetapi elipsoidal. Bintang sedang ditarik keluar di ekuatornya," kata Benz.

Bintang yang mengorbit WASP-189b sangat berbeda dengan matahari.

"Bintang itu jauh lebih besar dan suhunya lebih dari 2.000 derajat Celcius lebih panas dari matahari kita. Karena saking panasnya, bintang tampak biru. Bukan kuning-putih seperti matahari," kata Monika Lendl.

"Hanya sedikit planet yang diketahui mengorbit bintang panas seperti itu, dan sistem ini adalah yang paling terang sejauh ini," imbuh Willy Benz.

Hal ini dapat dijadikan patokan untuk studi selanjutnya.

"Kami mengharapkan temuan spektakuler lebih lanjut di exoplanet berkat pengamatan dengan CHEOPS. Makalah berikutnya sudah dalam persiapan," imbuh Benz.

Tentang CHEOPS

CHEOPS dikembangkan sebagai bagian dari kemitraan antara ESA dan Swiss.

Di bawah kepemimpinan Universitas Bern dan ESA, sebuah konsorsium yang terdiri dari lebih dari 100 ilmuwan dan insinyur dari 11 negara Eropa terlibat dalam pembuatan satelit selama lima tahun. Pusat Operasi Sains CHEOPS terletak di observatorium Universitas Jenewa.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/01/120300623/ahli-temukan-planet-terpanas-suhunya-3.200-derajat-celsius

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke