Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Nyata Perubahan Iklim, Frekuensi Hujan Ekstrem di Jakarta Meningkat

Tak heran World Meteorological Organization (WMO) atau organisasi cuaca dan iklim dunia telah mengkampanyekan aksi nyata dalam mengurangi emisi karbondioksida untuk menahan laju kenaikan temperatur global.

Menanggapi hal ini, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati MSc menyampaikan bahwa kampanye aksi nyata kurangi emisi karbondioksida ini merupakan bentuk kepedulian kita dalam penanganan perubahan cuaca dan iklim.

Perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dari distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun.

"Bisa diartikan sebagai perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata," kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya terkait "Climate and Water di Hari Meteorologi Dunia ke-70", Senin (23/3/2020).

Perubahan cuaca dan iklim di Jakarta

Di wilayah Indonesia, Dwikorita mengambil contoh wilayah Jakarta yang telah tampak pengaruhnya terhadap perubahan iklim.

Dari data historis curah hujan di Jakarta selama 120 tahun yang dikumpulkan oleh BMKG, teridentifikasi adanya tren intensitas dan frekuensi hujan ekstrem yang semakin tinggi.

Intensitas dan frekuensi hujan ekstrem ini berkorelasi dengan kejadian banjir di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) sejak 30 tahun terakhir yaitu pada tahun 1990-an.

Intensitasnya melonjak hingga mencapai 377 mm per hari pada tahun ini.

"Intinya, dalam rentang waktu yang sangat panjang iklim telah berubah," ujar dia.

Iklim yang telah berubah ini, kata Dwikorita, telah ditandai setidaknya oleh empat hal seperti berikut:

1. Adanya perubahan atau kenaikan temperatur secara global

2. Kenaikan tinggi muka air laut

3. Semakin sering terjadinya kondisi cuaca ekstrem dan lainnya

4. Terjadi perubahan pola curah hujan

"Salah satu dampak dari perubahan iklim ini adalah cadangan ketersediaan air yang semakin berkurang, dan atau bahkan bisa menyebabkan kelebihan jumlah debit air pada waktu yang lain," kata dia.

Untuk diketahui, setiap tahun pada tanggal 23 Maret diperingati sebagai Hari Meteorologi Sedunia atau World Meteorological Day. Indonesia masuk menjadi anggota WMO pada 16 November 1950 dan berada di Regional V Pasifik Barat Daya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/27/200200323/dampak-nyata-perubahan-iklim-frekuensi-hujan-ekstrem-di-jakarta-meningkat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke