Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli: Saatnya Indonesia Memiliki Pusat Studi Genom

KOMPAS.com – Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 100.000 orang dan merenggut tidak kurang dari 8.000 jiwa di 149 negara di dunia.

Mutasi genetik telah mengubah perangai virus ini menjadi tidak dikenali, dan menyerang semua sistem imunologi manusia.

Di saat bersamaan, kemajuan teknologi mendominasi perkembangan layanan kesehatan. Antara lain kemajuan teknologi dalam genom, digital, dan kecerdasan buatan.

Susunan struktur genom mikroorganisme dan manusia menjadi modal penting bagi sebuah negara untuk membangun serta melindungi warga negaranya dari serangan penyakit di masa depan.

“Human genome project yang telah memetakan 20.000-30.000 gen menjadi bekal landasan umat manusia untuk berpikir bagaimana genom berkorelasi dengan suatu penyakit,” tutur Budi Wiweko, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (17/3/2020).

Wakil Direktur IMERI FKUI itu menyebutkan bahwa suatu penyakit akan bermanifestasi apabila gen peletup penyakit teraktivasi akibat pengaruh lingkungan dan gaya hidup.

Demikian pula dengan respons pengobatan akibat penyakit tertentu yang sangat dipengaruhi oleh sensitivitas orang terhadap obat yang diberikan.

“Riset di bidang genomik memberikan kita kemampuan untuk meramalkan risiko seseorang mengidap penyakit degeneratif tertentu sekaligus respons kesembuhan pada pengobatan,” papar Budi.

Pusat Studi Genom

Budi menyebutkan bahwa setiap negara berlomba-lomba memetakan genomik penduduknya, serta mengembangkan kemampuan untuk memetakan potensi patogen berbahaya yang lahir secara tidak sengaja akibat ulah manusia.

“Sudah waktunya bagi kita untuk membangun pusat studi genomik atau Indonesia Genome Institute and Studies (INA GENIUS), yang akan bertanggungjawab terhadap setiap potensi serta perubahan genetik yang berdampak besar bagi kesehatan,” tutur ia.

Pengembangan obat berbasis genetik ini, lanjutnya, niscaya akan mendorong lahirnya obat berbahan alami Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara dengan biodiversitas terkaya di dunia.

Indonesia Medical Education Research Institute (IMERI) telah menginisiasi pemetaan genomik sumber daya biodiversitas Indonesia yang mungkin dikembangkan menjadi obat berbahan alam anti virus corona.

“Studi kolaborasi antara IMERI FKUI, Fakultas Farmasi UI, RSUI dan Universitas IPB mengidentifikasi puluhan bahkan ratusan protein yang menjadi kandidat anti virus corona ini,” lanjut ia.

Jambu biji misalnya, disebutkan Budi sebagai salah satu tanaman yang mengandung bahan aktif potensial sebagai anti virus corona.

“Temuan ini sangat penting dan krusial untuk ditindaklanjuti oleh kita bersama,” tambahnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/17/100400923/ahli--saatnya-indonesia-memiliki-pusat-studi-genom

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke