Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan Cuma Jadi Makanan, Cokelat Jadi Mata Uang di Peradaban Maya Kuno

KOMPAS.com - Siapa yang tidak suka dengan cokelat? Saking sukanya, barang kali Anda termasuk yang suka memiliki stok cokelat di rumah.

Coba lihat kulkas Anda, jika terdapat banyak cokelat mungkin Anda menjadi salah satu orang yang kaya raya pada zaman Maya kuno.

Itu karena sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa cokelat digunakan sebagai mata uang oleh peradaban kuno tersebut.

Cokelat untuk membayar barang dan jasa

Pada masa itu, cokelat biasanya ditukarkan dengan barang dan jasa dengan cara yang sama kita menggunakan uang saat ini.

Menurut laporan di jurnal Economic Anthropology, suku Maya tidak pernah menggunakan koin sebenarnya untuk transaksi mereka.

Mereka menggunakan berbagai barang seperti tembakau, jagung, dan pakaian untuk "membeli" barang atau jasa lain.

Salah satu bentuk pembayaran yang diterima pada masa itu adalah cokelat.

Menurut Joanne Baron, salah satu peneliti studi ini, bahkan kekurangan cokelat mungkin telah membantu meruntuhkan kejatuhan dinasti legendaris itu.

"Pada saat kontak Spanyol pada 1519, produk-produk ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian dan penjualan di pasar, untuk berjudi, dan sebagai pembayaran untuk upeti dan tenaga kerja," sambungnya.

Juga digunakan pada abad ke-16 di Eropa

Sebelumnya, data menunjukkan pada kedatangan orang Eropa, sekitar abad ke-16, biji kakao telah digunakan untuk membayar upah para pekerja.

Dari hal ini, Baron tertarik menyelidiki apakah hal itu telah dilakukan jauh sebelumnya.

Hasilnya, dia menemukan lebih banyak penggambaran cokelat dalam mural, lukisan keramik, dan ukiran abad ke-8 dan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa biji kakao beralih dari hasil pertanian menjadi mata uang.

Baron akhirnya menemukan sekitar 180 adegan yang berasal dari tahun 691 sebelum masehi tentang biji kakao.

Adegan-adegan itu menunjukkan biji kakao yang ditawarkan sebagai penghormatan atau pajak bersama gandum dan pakaian.

Baron juga menemukan, para pemimpin Maya mengumpulkan lebih banyak biji kakao daripada yang bisa mereka buat menjadi penganan dan minuman.

Selanjutnya mereka menekan penggunaannya sebagai cara membayar atau membeli sesuatu di pasar.

"Yang jelas dari repertoar seni ini terlihat kapas dan coklat sering digunakan sebagai pembayaran untuk pajak," tulis Baron.

"Selanjutnya, pengumpulan biji kakao sebagai penghargaan, daripada coklat cair yang secara khusus disiapkan, memfasilitasi penggunaannya sebagai penyimpan nilai untuk transaksi di masa mendatang," imbuhnya.

Mata uang lain selain cokelat

Bersama dengan suku Aztec, suku Maya dikreditkan sebagai orang pertama yang membuat cokelat dari biji kakao.

Pada masa itu, cokelat dibuat sebagai minuman berbusa dan kemudian sebagai makanan lezat.

Namun, pada masa-masa itu, rasa cokelat sangat berbeda dengan yang ada sekarang. Itu karena cokelat dibuat dengan cabe dan air.

Tidak seperti kapas, biji kakao memerlukan kondisi yang cukup spesifik untuk tumbuh. Ini menambah nilai mereka.

Baron juga mengatakan, pergeseran dalam iklim atau bencana alam yang mempengaruhi produksi biji kakao mungkin telah berdampak pada ekonomi Maya.

Mungkin kekurangan biji kakao mengganggu kemampuan partai yang berkuasa untuk memungut pajak atau membayar tagihan mereka. Hal ini "meruntuhkan" lanskap politik periode Klasik Maya.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh ahli antropologi dan ahli Maya David Freidel, dari Washington University di Missouri, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Freidel mengatakan, ketersediaan mata uang lain seperti gandum dan pakaian akan membantu menyeimbangkan sistem.

"Dugaan saya adalah bahwa satu komoditi yang jatuh tidak akan menyebabkan sistem crash," kata Freidel.

Namun, dia setuju bahwa biji kakao digunakan oleh Maya dengan cara yang sama seperti kita mungkin menggunakan koin hari ini.

https://www.kompas.com/sains/read/2018/06/29/103400523/bukan-cuma-jadi-makanan-cokelat-jadi-mata-uang-di-peradaban-maya-kuno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke