Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gading Serpong "The City That Never Sleeps" yang Terus Melesat

Kompas.com - 20/07/2023, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "The City That Never Sleeps". Mungkin, ini adalah aforisme yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi terkini Gading Serpong, di Tangerang, Banten.

Dengan basis ekonomi industri kreatif, perdagangan, dan jasa, Gading Serpong telah bertransformasi menjadi sebuah destinasi skala regional. Tidak saja untuk tinggal, melainkan juga bisnis, investasi, dan aktivitas lainnya.

Bahkan, salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia yang telah melahirkan talenta-talenta industri kreatif berbakat, memilih untuk membuka operasionalnya di sini. Sebut saja Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Lokasinya yang strategis di sisi barat Jakarta, dengan opsi moda transportasi publik yang beragam, menjadikan Gading Serpong sangat mudah diakses dari mana saja.

"Ekologi kota" yang menyangkut infrastruktur, sarana dan prasarana, residensial serta properti komersial, dan beragam fasilitas lainnya melengkapi Gading Serpong sebagai salah satu kota mandiri paling melesat perkembangannya.

Baca juga: Pertamina Berencana Bangun Kawasan Resor di IKN, Punya 1.000 Kamar

Jamak, jika kemudian kita mendapati ruang-ruang gaya hidup kota seperti kafe, ruang kerja bersama (co-working), atau ruang hidup bersama (co-livingdipenuhi young urban professionals (yuppies) dengan tema perbincangan masa depan ditingkahi tawa ringan.

Sementara kalangan senior mapan, memenuhi fine dining restaurants bermenu tenderloin dan resep-resep otentik Nusantara, janapada berpanorama lapangan golf, atau sekadar olah tubuh dengan tai chi di ruang-uang terbuka hijau dengan lanskap apik.

Mereka, dalam identitas berbeda dan beraneka, membersamai kota untuk tetap relevan dengan dinamika modernitas zaman. 

Dalam kondisi aktual seperti ini, tak mengherankan harga tanah dan propertinya pun terus meroket. Terbaru, harga paling murah tanah peruntukan hunian telah bertengger di angka Rp 14 juta-Rp 16 juta per meter persegi, sementara harga termurah tanah peruntukan komersial mencapai Rp 18,5 juta-Rp 20 juta per meter persegi.

Demikian halnya dengan harga propertinya. Rumah.com mencatat tren harga properti di Tangerang, termasuk Gading Serpong, pernah menunjukkan indeks tertinggi dibanding kota penyangga lainnya yakni 24,5 persen pada Kuartal III-2022.

Baca juga: Jababeka Movieland Diresmikan, Kawasan Industri Film dan Televisi Seluas 35 Hektar

Indeks ini naik dalam tiga tahun terakhir dibanding Tangerang Selatan (11,5 persen), Kabupaten Bogor (8,5 persen) dan Depok (7,5 persen).

CEO Leads Property Services Indonesia Hendra Hartono mengatakan, perkembangan pesat Gading Serpong tak lepas dari kontribusi dua pengembang, Paramount Land dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

"Saat ini, Paramount cukup leading dan berkembang dengan memfokuskan pengembangan business park di lahan-lahan komersial mereka, dan bisa dikatakan berhasil," ujar Hendra kepada Kompas.com, Selasa (18/7/2023).

Dus, baik SMRA maupun Paramount tidak saling memandang sebagai rival untuk kemudian jor-joran memenangkan persaingan pasar.

Menurut Hendra, harus diakui SMRA lebih dulu memimpin dengan konsep-konsepnya yang matang dan dieksekusi sesuai kebutuhan pasar.

Tengok Summarecon Mall Serpong, klaster golf, apartemen, dan ruko-ruko komersialnya yang selalu laris terserap pasar dan ramai dikunjungi.

Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir, Paramount justru melesat. Dalam kacamata Hendra, awalnya perusahaan ini cenderung konservatif, dengan melakukan observasi terlebih dahulu.

Baca juga: Ciputra Group Siap Bangun Kawasan Terpadu di IKN

Alhasil, dalam mengeksekusi proyek-proyeknya, Paramount menghindari untuk menyalin-rekat (copy paste) konsep pengembangan yang sudah dilakukan SMRA.

"Ini yang membuat kondisi Gading Serpong lebih sehat persaingannya. Paramount yang belakangan mengembangkan lahan komersialnya, saat ini menuai kesabarannya dengan kesuksesan luar biasa," cetus Hendra.

Terbukti penjualan marketingnya hingga Juni 2023 telah mencapai Rp 3 triliun, atau lebih dari 50 persen dari total target yang ditetapkan, yakni Rp 5 triliun.

Presiden Direktur Paramount Land Muhammad Nawawi mengungkapkan, pencapaian ini berkat strategi bisnis yang diterapkan Perusahaan yakni optimalisasi aset lahan menjadi lebih bernilai tinggi.

"Saat ini, kami memiliki land bank seluas 132 hektar. Dan ini akan kami manfaatkan menjadi aset recurring yang mendatangkan pendapatan berulang dan berkelanjutan," kata Nawawi menjawab Kompas.com, Senin (17/7/2023).

Tentu saja, aset-aset ini dikembangkan dengan konsep desain yang mengadopsi kebutuhan terkini dari segmen pasar yang ingin dibidik.

Dalam bahasa Direktur Pengembangan Bisnis Paramount Land Henry Napitupulu sebagai kebaruan dengan lokalitas kental, dan sebisa mungkin menciptakan tren sendiri. Termasuk tren pasca Pandemi Covid-19.

Baca juga: Bakal Dibangun Gudang Baru di Kawasan Industri Krakatau Cilegon, Lahannya 4 Hektar

Satu resep yang tak bisa lepas dari aksi pengembang yang merupakan entitas anak dari Paramount Enterprise International ini adalah perencanaan kota yang matang.

Menurutnya, developer yang adaptif dan peduli pada kebutuhan masyarakat akan terus mengembangkan produk-produk dengan beragam fitur yang tidak hanya gimmick, tapi juga dapat diaplikasikan untuk waktu yang lama.

Satu di antaranya, Pasadena Grand Residences dengan konsep breathable house yang sehat dari segi desain bangunan, penataan ruang, fasilitas, lingkungan, dan lainnya.

Berbagi lahan

Pada mulanya, Gading Serpong adalah kawasan yang dikembangkan oleh PT Jakarta Baru Cosmopolitan (JBC) yang merupakan joint venture antara SMRA dan Batik Keris Group sejak tahun 1992 dengan luas area konsesi 2.000 hektar.

Konsep pengembangan kawasan ini merupakan replikasi dari Kelapa Gading yang sudah sukses lebih dulu sejak 1980-an. Pada tahun 2004, untuk mempercepat perkembangan Gading Serpong, para mitra usaha SMRA sepakat melakukan pembagian wilayah.

Baca juga: Kementerian PUPR Susun Masterplan Pengembangan Wilayah di Kawasan Industri Morowali

Lahan sisa yang belum dikembangkan dinilai dan dibagi oleh kedua pihak dalam komparasi yang sama antara SMRA dan Batik Keris Group (Ambasador Gading Serpong).

Kemudian pada tanggal 18 Desember 2006, Ambasador Gading Serpong diambil alih Paramount Lake yang selanjutnya melakukan rebranding menjadi Paramount Land.

Sejak saat itu, mereka memulai aktivitasnya dengan penguasaan lahan seluas 550 hektar. Proyek perdana yang dibangun adalah klaster Serenade Lake yang lokasinya berada di dekat danau Serenade.

Klaster ini menempati area seluas 24 hektar dengan jumlah rumah sekitar 500 unit yang dibanderol serentang Rp 400 juta (84/128) dan Rp 800 juta (143/216) pada waktu itu.

Kini, dengan kombinasi keahlian dalam perencanaan kota, manajemen proyek, manajemen konstruksi, manajemen kota, manajemen properti, manajemen sumber daya manusia, dan pemasok yang dipilih dengan cermat, Paramount Land berhasil membangun portofolio properti bernilai tinggi.

Selain hunian yang sudah mencapai jumlah puluhan ribu unit, juga fasilitas kesehatan rumah sakit, area komersial, hotel, restoran, sekolah, universitas, transportasi umum, keamanan, olahraga, rekreasi, dan area terbuka hijau.

Baca juga: Punya Daya Tarik Tersendiri, Ini Alasan Tinggal di Kota Mandiri Jadi Pilihan Tepat

Dalam perkembangan terbarunya, Gading Serpong terkoneksi jalan penghubung dengan BSD City yang dibangun oleh raksasa lainnya, yakni Sinarmas Land.

Dengan jalan penghubung tersebut, memudahkan penghuni Gading Serpong menuju BSD City tanpa harus keluar dari kawasan.

Estate management profesional

Namun, lepas dari semua itu, ada faktor utama yang penting dan menjadikan sebuah kota ideal sebagai tempat tinggal, berbisnis, dan berinvestasi, yakni pengelolaan kota yang profesional berkesinambungan.

Pengelolaan profesional akan menjadikan kota tersebut asri, bersih, dan nyaman untuk ditinggali. Dalam jangka panjangnya dapat meningkatkan intensi masyarakat dan menjamin pertumbuhan value kota tersebut.

Baca juga: Kota Mandiri Vasaka City Bekasi Mulai Dibangun, Harga Rumah Rp 250 Jutaan

Menurut Direktur Paramount Estate Management Lucas Maringka, beberapa peran penting pengelola kota atau estate management di antaranya menjaga kebersihan dan kerapian kota.

Kemudian mengelola sampah, menjamin penyediaan air bersih, menata ruang terbuka hijau, merawat sarana dan prasarana kota, menyediakan fasilitas kota yang mendukung kebutuhan penghuni, dan lainnya.

"Estate management yang profesional dan berpengalaman akan memastikan setiap elemen kota dapat terus terkelola, terawat, dan diperbaiki secara berkala dan berkesinambungan," tuntasnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com