Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Kaca Seruni Point Lalui Uji Beban Karung Pasir Seberat 7 Ton

Kompas.com - 08/01/2023, 20:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan uji beban terhadap Jembatan Kaca Seruni Point di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo-Tengger-Semeru (BTS), Jawa Timur.

Dilansir dari unggahan Instagram resmi Kementerian PUPR, Minggu (8/1/2023), uji beban dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen untuk mendapatkan data performa struktur dan kawat-kawat baja di jembatan.

Salah satu instrumen yang digunakan yaitu total station (TS) untuk mengukur displacement atau pergeseran titik ukur saat jembatan dilewati beban manusia.

Ini dilakukan dengan menggunakan karung pasir seberat 70 kilogram atau setara dengan berat badan satu orang dewasa.

Karung-karung tersebut diletakkan di lantai jembatan dengan jarak masing-masing 75 sentimeter dengan total berat 7 ton atau setara berat 100 orang.

Adapun berat tersebut hanya 10 persen dari desain daya tahan jembatan.

Siklus uji beban dilakukan dengan berat beban 0 persen, 50 persen, dan 100 persen. Selanjutnya juga akan dilakukan dengan berat beban 50 persen dan 0 persen.

Baca juga: Kini Dharmasraya di Sumbar Punya Dua Jembatan Baru

Selain loading test, kekuatan kaca yang digunakan juga telah diuji di Laboratorium Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur Kementerian PUPR.

Lantai kaca jembatan terdiri dari dua lapisan dengan ketebalan masing-masing 12 milimeter dan direkatkan menggunakan lapisan vinyl interlayer.

Kaca laminated tempered yang digunakan sudah sangat kuat. Saat terjadi kerusakan, tidak akan langsung pecah berkeping-keping namun pecahan berbentuk kubus-kubus kaca.

Secara konstruksi, jembatan kaca dengan bentang sepanjang 120 meter ini tergolong sebagai jembatan gantung pejalan kaki atau suspended cable.

Hanya saja jembatan kaca ini ditopang enam kabel baja di masing-masing sisi bagian bawah. Konsekuensinya, topografi dek jembatan menjadi melandai kebawah.

Sehingga berbeda dengan jembatan gantung pada umumnya yang memiliki dua kabel utama tertambat di pylon dengan dek yang rata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com