Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Jalur Kereta Garut-Cibatu, Rute Andalan Menuju Parahyangan Semasa Kolonial Belanda

Kompas.com - 21/07/2022, 08:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) kembali mengaktifkan jalur kereta api (KA) Garut-Cibatu pada Kamis (24/3/2022).

Jalur kereta Garut-Cibatu yang telah berdiri sejak tahun 1889 tersebut sempat berhenti beroperasi pada tahun 1983.

Namun, tahukah Anda bahwa jalur kereta Garut-Cibatu sempat menjadi rute andalan pelancong yang ingin menikmati keindahan Bumi Parahyangan semasa kolonial Belanda?

Adapun Parahyangan mencakup daerah Bandung, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, hingga Garut.

Melansir Heritage KAI, Kamis (21/7/2022), pembangunan jalur Garut-Cibatu dilakukan karena daerah pegunungan Garut memiliki pemandangan yang indah, tetapi masih terisolasi kala itu.

Baca juga: Sejarah Stasiun Manggarai, Hub Kereta Tersibuk di Indonesia

Pada masa kolonial, Garut adalah tujuan wisata penting di Parahyangan. Berbagai pegunungan mengelilingi Garut, seperti Cikuray, Sadakeling, Papandayan, Guntur, Haruman, dan Kaledong.

Lahan subur Garut cocok bagi tanaman kopi, teh dan kina untuk tumbuh, sehingga banyak area yang dimanfaatkan untuk pertanian.

Banyaknya pegunungan di Garut membuat jalan menuju wilayah tersebut cukup sulit dilalui pedati dan memakan waktu tempuh yang lama.

Karenanya, perusahaan KA negara saat itu, Staatsspoorwegen (SS), membangun jalur kereta menuju Garut.

Pembangunan jalur kereta di Garut dimulai dari Cicalengka pada tahun 1887, sebagai bagian dari pembangunan jalur KA Priangan-Cilacap.

Sebelumnya, SS telah merampungkan pembangunan jalur KA Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka pada tahun 1884.

Baca juga: Sejarah Stasiun Tanjung Priok, Bangunan Cagar Budaya Berumur 100 Tahun

Potret Stasiun Cibatu pada tahun 1990.Dok. Heritage KAI Potret Stasiun Cibatu pada tahun 1990.

Pada 14 Agustus 1889, jalur KA Cicalengka-Garut sepanjang 51 kilometer dibuka untuk umum. Beriringan dengan diresmikannya jalur tersebut, Stasiun Cibatu ikut didirikan.

Pembangunan jalur dilanjutkan sampai ke Cikajang yang dimulai pada tahun 1921 dan pada tahun 1926 jalur baru tersebut dibuka.

Jalur KA Cibatu-Cikajang tercatat sebagai relasi yang melewati rute jalur tertinggi di pulau Jawa (+ 1200 m).

Sementara, pada tahun 1926 tercatat ada 6 kali perjalanan KA Cibatu-Garut, begitu pula arah sebaliknya.

Sebagai penarik kereta digunakan lokomotif “Si Gombar”, legenda lokomotif Garut yang sangat perkasa.

Jalur KA Cibatu-Garut ditutup pada 9 Februari 1983 karena penumpang beralih menggunakan moda transportasi darat lain seperti mobil, bus, dan truk.

Semasa beroperasi, lintas Cibatu-Garut dengan panjang 19 kilometer membutuhkan waktu tempuh sekitar 50 menit, di mana setiap 4 kilometer terdapat stasiun sebagai pemberhentian.

Adapun setelah direaktivitasi, Stasiun Garut memiliki bangunan baru yang menyediakan ruang pelayanan pelanggan, ruang VIP, ruang laktasi, pos kesehatan, dan ruang keamanan.

Disediakan pula masjid, toilet difabel, area UMKM, area komersial, ATM, area bermain anak, dan fasilitas lainnya.

KAI juga masih menjaga keaslian gedung Stasiun Garut yang lama sebagai bentuk pelestarian bangunan bersejarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com