Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal PLTM, Proyek Pembangkit Listrik di Bendungan Bintang Bano

Kompas.com - 27/05/2022, 12:02 WIB
Masya Famely Ruhulessin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia rencananya akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLMT) di Bendungan Bintang Bano, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Proyek ini memiliki nilai investasi sebesar Rp 163,442 miliar. Nantinya proyek akan ditawarkan dalam bentuk Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) kepada investor.

Biasanya di sebuah bendungan dibangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Namun di Bendungan Bintang Bano akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM).

Baca juga: Nilai Investasi PLTM Bintang Bano Capai Rp163,442 Miliar

Apa sebenarnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro itu?

Seperti dikutip dari laman Knowledge Center Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), PLTM adalah teknologi untuk memanfaatkan debit air yang ada di sekitar kita untuk diubah menjadi energi listrik.

Caranya dengan memanfaatkan debit air untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi mekanik. Selanjutnya, energi mekanik ini menggerakkan generator dan menghasilkan listrik.

Instalasi PLTM tidaklah sulit dilakukan. Namun beberapa syarat fisik yang diperlukan untuk membangun teknologi ini.

Pertama, PLTM harus dibangun di daerah yang memiliki ketersediaan aliran air yang konstan dalam ukuran debit tertentu. Ukuran debit air akan menentukan besarnya energi yang mampu dihasilkan.

Kedua, rangkaian PLTM membutuhkan turbin, dinamo dan jaringan listrik. Turbin akan dimanfaatkan untuk memutar kumparan dinamo listrik.

Kemudian dinamo bermanfaat untuk mengubah energi yang dihasilkan oleh putaran turbin menjadi listrik. Sementara itu, jaringan listrik bermanfaat untuk menyalurkan listrik dari instalasi PLTM ke pengguna.

Baca juga: Manfaat Irigasi Bendungan Bintang Bano Belum Optimal Jika Tak Ada InI

Dibandingkan dengan sumber-sumber energi lain, pembangkit listrik mikrohidro merupakan sumber energi yang secara ekonomis sangat efisien dan mudah perawatannya.

Nilai investasi pembuatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, untuk rata-rata penerangan sebuah desa selama 24 jam, memerlukan biaya sebesar Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per 1.000 watt.

PLTM tidak menggunakan bahan bakar minyak sama sekali, sehingga tidak ada gas buang yang dihasilkan dari penggunaan teknologi ini.

Oleh karena itu penerapan teknologi mikrohidro merupakan upaya positif untuk mengurangi laju perubahan iklim global. Selain itu, PLTM juga dapat digunakan selama 24 jam tanpa henti.

Di Indonesia, sudah ada beberapa daerah yang menggunakan teknologi PLTM. Salah satunya adalah masyarakat Desa Cibuluh yang teletak di cagar alam Gunung Simpang, Cianjut, Jawa Barat.

PLTM di Cibuluh bahkan dibangun oleh masyarakat pada tahun 2005 secara swasembada. Pada saat itu masyarakat berhasil mengumpulkan Rp 95 juta untuk membangun PLTM dengan kapasitas 22KW.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com