Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Barat Jembatan Poncol di Jalan Pejagan-Wangon Dijadikan Jalur Mudik

Kompas.com - 18/04/2022, 16:30 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) masih melakukan preservasi ruas Jalan Pejagan-Wangon.

Preservasi jalan tersebut memiliki total panjang 142,38 kilometer dengan sistem kontrak tahun jamak tahun anggaran 2021-2023.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Hedy Rahadian mengatakan, pihaknya sedang mempercepat pengerjaannya yaitu 1,8 kilometer sisi barat Jembatan Poncol dan diharapkan H-15 nanti bisa dibuka arus lalu lintas untuk jalur mudik Lebaran 2022.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Jawa Tengah Syahputra Amaldani Ginting menjelaskan terdapat timbunan di jalur ini yang sempat viral di media sosial pada bulan Maret lalu.

Pada bulan Maret tersebut memang kondisi pekerjaan dalam tahap timbunan pilihan.

"Yang di foto itu memang benar timbunan kita. Masih banyak lagi lapisan-lapisan di atasnya. Kondisi tanah pasti terlihat kotor dan jelek tapi kan berproses. Setelah itu kita langsung kasih geotex dan aspal.” terang Syahputra, dikutip dari laman resmi Bina Marga, Senin (18/4/2022).

Baca juga: Bakal Dilintasi 1,2 Juta Pemudik, Ini Persiapan Pengelola Tol Pejagan-Pemalang

Adapun jalur ini adalah penghubung dari wilayah utara ke selatan, yang bisa digunakan oleh pemudik dari Jakarta menuju ke arah Bumiayu, Purwokerto, Purbalingga hingga Cilacap.

Sementara itu, paket pekerjaan preservasi tersebut mencakup lima lokasi efektif dimana ada pekerjaan rehabilitasi mayor, pekerjaan pelebaran dan paket pekerjaan rekonstruksi yang menggunakan pendanaan APBN Rp 269,3 miliar.

Pada beberapa bagian, misalnya di ruas jalan Pejagan-Prupuk tepatnya di area Songgong-Melarangan sepanjang 5,5 kilometer akan mendapatkan pembongkaran perkerasan lama.

Setelah itu, jalan akan diganti dengan timbunan pilihan yang kemudian akan dilapis dengan geomembran dan geotex, diikuti oleh LPA, CTB dan hotmix sebanyak tiga lapis.

“Penggunaan teknologi khusus seperti geotex dan geomembran agar kedap air dan air tidak pumping ke atas,” tambah Syahputra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com