JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi konstruksi rumah kian berkembang seiring kebutuhan masyarakat dan zaman.
Salah satu teknologi itu yakni rumah instan sederhana sehat (RISHA). Hasil pengembangan Balitbang Puslitbangkim Kementerian PUPR.
Tentunya, teknologi ini sudah diterapkan pada berbagai proyek pembangunan rumah di Indonesia. Lantas, apa itu RISHA?
Sebagaimana dirangkum dari beberapa situs resmi Kementerian PUPR, RISHA merupakan rumah layak huni dan terjangkau yang mengusung konsep konstruksi knock down.
Baca juga: Mengenal Teknologi Konstruksi Bangunan Tahan Gempa
Umumnya cocok diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), korban bencana, hingga rumah darurat.
Prinsip kerjanya, RISHA dibangun pada dua tempat, yaitu industri komponen dan installing di site.
Kedua proses tersebut dapat dilakukan secara paralel. pada saat lokasi disiapkan pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur, maka di workshop dibuat komponennya. Setelah siap dan lokasi telah matang, maka komponen di rakit di site.
RISHA mirip seperti lego yang bisa dibongkar pasang. Kompenennya dibuat secara pabrikasi dengan konstruksi penyusun rumah berdasarkan ukuran modular.
Proses pembangunanya juga bisa selesai dalam waktu cepat. Karena tidak membutuhkan semen dan bata, melainkan dengan menggabungkan panel-panel beton dengan baut.
Namun, dari segi kualitas juga dinilai terjamin. Karena sebagian besar material adalah fabrikasi, sehingga meminimalisir faktor kesalahan manusia.
Tidak hanya itu, dari segi biaya juga cukup kompetitif. Sekitar Rp 50 juta per unit tipe 36 dan sudah dilengkap dengan kamar mandi.
Sejatinya memang teknologi ini dirancang agar biaya produksi dan pemasangannya tidak membebani konsumen masyarakat.
Teknologi RISHA bisa diterapkan pada rumah satu lantai maupun dua lantai. Tentunya harus mengacu pedoman konstruksi yang berlaku.
Adapun secara keseluruhan, berikut beberapa keunggulan dari pembangunan rumah yang menerapkan teknologi RISHA: