3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang miring yang tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus yang disebut bubungan.
Tepi bawah bidang atap, di mana air itu meninggalkan atap disebut tepi teritis. Pada tepi teritis ini.
Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai pengganti fungsi kuda-kuda.
Tetapi, jika bentuk bangunannya cukup panjang maka tiap jarak 3 meter perlu dipasang kuda-kuda sebagai penahan gording/bidang penutup atap.
Bahan penutupnya banyak yang menggunakan genteng biasa maupun seng gelombang. Bentuk atap ini biasa digunakan pada atap dengan desain rumah-rumah yang sederhana.
4. Atap Tenda
Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Ukuran panjang dan
lebar bangunan yang menggunakan atap tenda adalah sama.
Terdiri dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran maupun lereng yang sama, yang bertemu di satu titik tertinggi yaitu pada tiang penggantung (maklar).
Garis pertemuan dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar
disebut sebagai jurai luar.
Pada atap tenda tidak terdapat jurai dalam atau lembahan. Atap ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan kantor, pendopo dan bangunan untuk tempat tinggal.
Bentuk atap ini setengah melengkung yang menyerupai seperti melon yang dibelah menjadi dua bagian.
Atap ini terbuat dari campuran bahan beton bertulang dengan perbandingan 1 semen + 2 pasir + 3 kerikil dan air.
Guna untuk mempunyai lengkungan yang baik dan rapi, sehingga sulit sekali/tidak bisa dibuat dari bahan lain kecuali beton bertulang.
Atap semacam ini banyak digunakan pada bagian bangunan-bangunan masjid maupun bangunan untuk hiburan.
6. Atap Gergaji
Dikenal dengan sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gergaji.
Atap ini terdiri dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar tiga puluh derajat dan enam puluh derajat.