Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Material Bangunan pada Era Arsitektur Digital (I)

Kompas.com - 25/09/2021, 08:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Ketiga, klasifikasi material konvensional yang berdasarkan propertinya bisa dibedakan menjadi mekanikal, elektrikal, termal, optikal, dan kimiawi.

Baca juga: Akustik, Bagian Penting dari Kriteria Bangunan Ideal Masa Kini

Keempat, klasifikasi material konvensional yang berdasarkan bahan penyusunnya yakni metal, polymer, keramik (termasuk kaca), komposit, serta material alami.

Lantas apa yang dimaksud arsitektur digital?

Christina mendefinisikan arsitektur digital secara sederhana.

Yakni penggunaan teknologi dalam desain, kinerja bangunan (termal, lighting, akustikal, dan lain-lain), dan peran material dalam kinerja bangunan.

Namun, dalam penerapannya tentu mengandung konsekuensi. Seperti tidak ada batasan desain dan bahan bangunan. Jika ditilik dari berbagai klasifikasi konvensional.

"Tidak ada batasan bahan bangunan, membuat pilihan semakin banyak, modifikasi semakin terbuka lebar, dan kekuatan memadai," ucapnya.

Jadi, klasifikasi pada era digital tidak ada sekat terkait jenis material. Namun, aspek-aspek klasifikasi konvensional mestinya tetap menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan hingga penggunaannya.

Baca juga: Lawan Dampak Urbanisasi, Arsitek Dorong Perancangan Bangunan Hijau

Kemudian, aspek utama yang tetap perlu diperhatikan adalah kemampuan menahan gaya: kombinasi tarik dan tekan.

Selain itu, material yang semula secara hitungan kurang memiliki kemampuan secara struktural, pada akhirnya dapat juga dipergunakan sebagai material struktur. Contohnya baja ringan ataupun alumunium.

"Dengan catatan menggunakan metode penggunaan sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan tekan dan tarik memadai," imbuhnya.

Pada bangunan Heydar Aliyev Center di Azerbaijan, Christina mencontohkan, prinsipnya terdiri dari dua sistem yang berkolaborasi.

Struktur beton yang dikombinasikan dengan sistem kerangka ruang untuk mencapai ruang bebas kolom skala besar.

Baca juga: Ini Bahan Bangunan Alami yang Makin Booming

Prinsip strukturnya terdiri dari in situ reinforced concrete, composite steel frame structure, roof space frame, Glass Fibre Reinforced Concrete (GFRC), dan Glass Fibre Reinforced Polyester (GFRP).

Berdasarkan hal tersebut, prinsip penggunaan material baru non-konvensial berdasarkan pada kerapatan, keseimbangan, dan kesetimbangan.

"Sehingga tidak jomplang, tidak roboh, dan sebagainya. Meskipun tidak menggunakan material konvensional, tapi memungkinkan," cetus dia.

Pemilihan material non-konvensional pada desain yang tidak biasa memungkinkan dilakukan dengan menerapkan sejumlah trik.

Hal ini direpresentasikan pada trik fasad memanfaatkan cladding, customized concrete cladding, serta detail pemasangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com