Untuk Dubai, air yang didistribusikan berasal dari danau dan disimpan untuk disterilkan, airnya juga berasal dari buangan rumah yang sudah diolah.
Di Dubai juga menerapkan solar panel untuk kebutuhan listrik, bahkan lahan pertaniannya juga sudah menggunakan cooling room.
Di lahan pertanian, kebutuhan air juga menggunakan air yang sudah difilter sebelumnya.
Sementara Kota Songdo, menggunakan layanan yang terhubung nirkabel yang memerlukan koordinasi yang sudah tersinkron.
Sistem pembuangan sampah tidak lagi mengandalkan truk, sudah terhubung jaringan tabung yang menyedot langsung ke bank sampah terdekat.
Baca juga: Arab Saudi Bangun Kota Pintar Bebas Kendaraan Berbasis AI
"Setiap negara memiliki peluang untuk membangun suistainable city. Iklim itu sudah berubah, segala sesuatu lebih sulit dan kita memiliki tanggung jawab dan harus memiliki solusi untuk itu," pesannya.
Di Songdo, di samping environmental-nya bagus, energi mobilnya juga menggunakan biomassa.
Internet di mana-mana gratis, kalau untuk di rumah hanya perlu router saja. Untuk tol, di mobil sudah diinstal seperti sensor.
Jadi, ketika kita masuk, secara otomatis bisa langsung keluar karena sudah ada pemindaian dari sensor pembayaran yang tertanam di mobil.
Untuk bisa menerapkan suistaible city di Indonesia, Fitria menjelaskan, harus dimulai dari niat dan sumber daya manusianya.
Tidak hanya bisa diwujudkan dari satu bidang saja, tapi bidang lainnya juga harus saling mendukung.
"Kita semua punya tanggung jawab yang sama, baik dari arsitektur, IT. Dari environmental, bagaimana menjaga lingkungan dan ahli energi, jaringan, agrikultur karena agrikultur juga membutuhkan teknologi. Kita semua harus memulainya," tuntas Fitria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.