Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bisa Contoh Songdo dan Dubai, Bangun Kota Berbasis Artificial Intelligence

Kompas.com - 16/03/2021, 19:00 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Kita harus menyadari, bahwa bumisemakin krisis. Untuk menjawab itu, suistainable city merupakan konsep yang memungkinkan perkotaan dibuat lebih hijau.

Namun demikian, perlu diingat bahwa suistainable city bukan kota yang berfokus pada
eksistensinya, tetapi pada fungsi dan peranan serta bagaimana kota dapat meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.

Alumni dan Artificial Intelligence (AI) Researcher di Kyungpook National University, Korea Selatan Fitria Wulandari menjelaskan, suistainable city dirancang untuk menanggulangi dampak ekonomi sosial.

Kehadiran kota yang hijau dan berkelanjutan juga untuk mengurangi dampak dari emisi karbon (CO2) dan meningkatkan kualitas udara.

Baca juga: Subang Smartpolitan Dirancang sebagai Smart and Sustainable City

Menurut Fitria, pada 2015, hampir 4 miliar orang tinggal di kota dan ini akan terus meningkat hingga 5 miliar pada 2030.

"Jika tidak ditanggulangi, akan berdampak, salah satunya memengaruhi perubahan iklim secara drastis," kata Fitria dalam webinar BIM X AI.02 LPK MAT dengan topik Sustainable City and Its Applications' Selasa (16/3/2021).

Untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan seperti smart building misalkan hotel, apartemen, mal dan lainnya, diperlukan sistem operasional gedung pintar atau smart building.

Pengelola gedung dan pemilik rumah tinggal dapat menggunakan AI seperti camera recognition. 

Kamera ini dapat mengenali identitas tuan rumah dengan database yang sudah tersedia sehingga pintu rumah akan terbuka secara otomatis.

Begitu juga dengan elevator, akan terbuka dengan sendirinya sebab identitas seseorang sudah terekam sehingga tidak perlu menekan tombol ke mana tujuan.

Baca juga: Pertama Kali, Jakarta Menangi Sustainable Transport Award 2021

Dengan adanya sistem kontrol tersebut, bangunan juga akan belajar untuk otomatisasi secara sendiri karena sudah ada AI yang tertanam di dalamnya.

Bahkan jika terjadi bahaya korsleting seperti kebakaran, sistem secara otomatis juga akan dapat mengatasinya

Gesture recognition

Dubai Sustainable City mengusung konsep pengembangan hijau. Energi yang dapat dihemat sebesar 60 persen dan konsumsi air 30 persen.constructionweekonline.com Dubai Sustainable City mengusung konsep pengembangan hijau. Energi yang dapat dihemat sebesar 60 persen dan konsumsi air 30 persen.
Fitria juga menerangkan soal gesture recognition. Sistem ini merekam aktivitas seseorang dimulai dari pengenalan wajah, lingkungan maupun plat kendaraan hingga memudahkan petugas kepolisian dalam mengungkap tindak pidana kriminalitas.

"Risiko pasti ada, pengenal wajah ini ada yang pro dan kontra, yang kontra itu mengenai privasi yang dapat merugikan kita sendiri," sebutnya.

Baca juga: Makin Banyak Megacity, Indonesia Butuh Lanskap Perencanaan Kota Layak Huni

Menurut Fitria, ada dua kota yang telah sukses menerapkan suistainable city seperti di salah satu kota di Dubai, Uni Emirat Arab, dan Songdo, Korea Selatan.

Untuk Dubai, air yang didistribusikan berasal dari danau dan disimpan untuk disterilkan, airnya juga berasal dari buangan rumah yang sudah diolah.

Di Dubai juga menerapkan solar panel untuk kebutuhan listrik, bahkan lahan pertaniannya juga sudah menggunakan cooling room.

Di lahan pertanian, kebutuhan air juga menggunakan air yang sudah difilter sebelumnya.

Sementara Kota Songdo, menggunakan layanan yang terhubung nirkabel yang memerlukan koordinasi yang sudah tersinkron.

Sistem pembuangan sampah tidak lagi mengandalkan truk, sudah terhubung jaringan tabung yang menyedot langsung ke bank sampah terdekat.

Baca juga: Arab Saudi Bangun Kota Pintar Bebas Kendaraan Berbasis AI

"Setiap negara memiliki peluang untuk membangun suistainable city. Iklim itu sudah berubah, segala sesuatu lebih sulit dan kita memiliki tanggung jawab dan harus memiliki solusi untuk itu," pesannya.

Di Songdo, di samping environmental-nya bagus, energi mobilnya juga menggunakan biomassa.

Internet di mana-mana gratis, kalau untuk di rumah hanya perlu router saja. Untuk tol, di mobil sudah diinstal seperti sensor.

Jadi, ketika kita masuk, secara otomatis bisa langsung keluar karena sudah ada pemindaian dari sensor pembayaran yang tertanam di mobil.

Untuk bisa menerapkan suistaible city di Indonesia, Fitria menjelaskan, harus dimulai dari niat dan sumber daya manusianya.

Tidak hanya bisa diwujudkan dari satu bidang saja, tapi bidang lainnya juga harus saling mendukung.

"Kita semua punya tanggung jawab yang sama, baik dari arsitektur, IT. Dari environmental, bagaimana menjaga lingkungan dan ahli energi, jaringan, agrikultur karena agrikultur juga membutuhkan teknologi. Kita semua harus memulainya," tuntas Fitria.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com