JAKARTA, KOMPAS.com - Tak dapat dimungkiri, kondisi bisnis properti saat ini telah mengalami kontraksi signifikan, terutama di sektor perkantoran.
Pengembang dan pengelola dihadapkan pada tantangan berat. Tak hanya perkantoran eksisting, juga yang masih dalam tahap konstruksi.
Laju kecepatan konstruksi mengalami perlambatan. Bahkan, data Leads Property Indonesia dan Colliers International Indonesia, ruang-ruang kantor yang akan masuk ke pasar tahun ini mengalami penundaan.
Keduanya mencatat, tahun ini terjadi penurunan pasokan baru hingga mencapai 297.247 meter persegi, menjadi 423.301 meter persegi yang mencakup perkantoran di Central Business District (CBD) dan non-CBD Jakarta.
Baca juga: Empat Tahun ke Depan, Pasokan Perkantoran di Jakarta Bakal Anjlok
Demikian halnya dengan jumlah transaksi yang tercatat lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini karena banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Bahkan, sejumlah perusahaan juga memafhumi gaya bekerja dari mana saja atau work from everyhere (WFE).
Menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono, kebijakan ini berdampak terjadinya pengurangan ruang kantor, dan sejumlah perusahaan kemudian melakukan negosiasi ulang dalam perpanjangan kontrak berikutnya.
"Pengembang dan pengelola diharapkan terbuka untuk negosiasi untuk mencapai solusi yang menyenangkan semua pihak, dengan memberikan fleksibilitas," ujar Hendra menjawab Kompas.com, Sabtu (27/02/2021).
Baca juga: Hingga Kini, Perkantoran Kosong di Jakarta Mencapai 209 Hektar
Pengurangan penggunaan ruang kantor ini menyebabkan angka tingkat hunian menurun menjadi hanya 76,1 persen.
Hal senada dikatakan Senior Director of Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto.
"Mengamankan perusahaan penyewa yang berkomitmen tinggi untuk tetap dapat mengisi ruang-ruang kantor, menjadi semakin penting bagi pengembang atau pengelola," kata Ferry.
Secara umum, hal tersebut di atas membuat harga sewa perkantoran mengalami tekanan.
Colliers mencatat, harga sewa turun 5,11 persen menjadi rerata Rp 223.789 per meter persegi per bulan.
Meski mengalami tekanan, namun ada lima perkantoran yang masih mematok tarif di atas angka rerata.
Bahkan, kelimanya tercatat sebagai perkantoran dengan tarif sewa termahal, dihitung berdasarkan rata-rata asking price atau harga penawaran saat ini.
Perlu diketahui, tarif sewa tersebut tidak termasuk biaya perawatan atau service charge.
Namun, baik Hendra maupun Ferry sepakat, tarif sewa mahal dipengaruhi lokasi, kualitas bangunan, umur bangunan, dan teknologi yang diterapkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.