Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Merlion, Ka'bah dan Big Ben di Madiun, Pengamat Anggap Pemda Malas Mikir

Kompas.com - 08/02/2021, 19:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun tengah gencar melakukan penataan Kawasan Sumber Umis, Kota Madiun, Provinsi Jawa Timur.

Video konsep penataan kawasan tersebut telah beredar luas dan menjadi perbincangan publik di media sosial.

Video tersebut menggambarkan rencana pembangunan sejumlah replika tengara dari berbagai negara dunia.

Seperti ikon Singapura, patung Merlion yang bahkan telah dibangun dan diresmikan pada 30 Desember 2020 lalu.

Selain patung Merlion, terdapat pula replika ikon negara lain, di antaranya Jam Big Ben Inggris, Kincir Angin Belanda, Menara Eiffel Perancis, replika bangunan Ka'bah dan Hotel Zam-Zam Tower Arab Saudi.

Baca juga: Menara Eiffel Ada di Pelosok Desa, Bentuk Krisis Identitas dan Budaya

Menanggapi hal itu, Urbanis dan Pemerhati Bangunan Cagar Budaya Bambang Eryudhawan mengatakan penataan Kawasan Sumber Umis Kota Madiun Jawa Timur menunjukkan tidak kreatifnya Pemerintah Kota Madiun dalam membangun kota.

"Pemkot Madiun ini maunya instan, males mikir, padahal banyak potensi budaya yang bisa digali dan dijadikan landmark," kata Yudha saat dihubungi Kompas.com, Senin (08/02/2021).

Patung Merlion di SingapuraShutterstock Patung Merlion di Singapura
Yudha menjelaskan, setiap kota pada dasarnya memiliki potensi budaya yang bisa digali dan menjadi kebanggaan daerahnya masing-masing.

Karenanya dalam melakukan penataan kota penting adanya keterlibatan ahli, budayawan dan seniman di daerah tersebut.

Yudha menengarai, penataan Kawasan Sumber Umis Kota Madiun ini tidak melibatkan seniman setempat.

Tujuannya hanya sebatas untuk mencari keuntungan ekonomi saja namun menafikan peran penting kebudayaan.

Baca juga: Menara Eiffel di Kampung Sarosah, Sampah Visual Perenggut Keindahan Alam

"Jadi penataan kota ini menafikan aspek kebudayaan, imajinasi, dan yang ada hanya keputusan bisnis semata," imbuh Yudha.

Dia menegaskan pentingnya peran seniman dalam penataan sebuah kota. Contohnya, pada masa Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta, peran seniman sangat dimaksimalkan oleh pemerintah saat itu terutama untuk membangun pusat-pusat kebudayaan seperti di Taman Ismail Marzuki (TIM).

"Dulu itu waktu Ali Sadikin jadi Gubernur DKI, pemerintah dan seniman saling berkolaborasi dalam menata kota, hasilnya dibuatlah TIM dan menghasilkan karya-karya seperti Sardono dan WS Rendra," ungkap Yudha.

Taman Ismail Marzuki di JakartaSHUTTERSTOCK/CAHYADI SUGI Taman Ismail Marzuki di Jakarta
Selanjutnya, dalam melakukan penataan kota, Pemerintah tidak boleh egois dan hanya mementingkan keuntungan semata.

Ada peran dan fungsi dari pemerintah salah satunya adalah menjaga warisan kebudayaan daerahnya agar tetap dikenal oleh generasi masyarakat yang akan datang.

"Pemerintah punya tanggung jawab moral untuk menjaga kebudayaan daerahnya masing-masing," tambah dia.

Membangun ikon replika berbagai negara memang lumrah dilakukan khususnya sebagai tempat wisata.

Tetapi kemudian menjadi masalah serius ketika ikon tersebut dibangun di ruang publik. Penataan Kawasan Sumber Umis merupakan bentuk krisis kebudayaan.

"Kalau dilokalisasi sebagai tempat wisata ya maklum, tapi ini posisinya dibangun di pusat kota, dan di ruang publik, ini namanya krisis kebudayaan," cetus Yudha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com