JAKARTA, KOMPAS.com - Bersama China daratan, Indonesia dan India dipandang sebagai tiga dari empat negara yang mendorong pertumbuhan pasar data centre di Asia Pasifik.
Hal ini menyusul kehadiran sistem kabel INDIGO yang baru di Jakarta yang menghubungkan Singapura dan Sydney menambah daya tarik Indonesia sebagai pasar data centre.
Pada bulan November 2020, Space DC juga telah membuka data centre pertamanya di Indonesia, Center19.
Selain itu, terdapat juga Keppel Group yang bermitra dengan Salim Group untuk bersama-sama mengembangkan data centre pertama mereka.
Sementara Princeton Digital Group menjajaki pasar melalui akuisisi saham mayoritas di portofolio pusat data XL Axiata.
Baca juga: Pusat Data, New Normal di Kawasan Industri
Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim menuturkan, meskipun tergolong sektor properti yang baru berkembang di Indonesia, data centres memperoleh minat yang cukup tinggi dari para investor dan pelaku bisnis asing selama dua tahun terakhir.
"Potensi yang dimiliki, khususnya proporsi jumlah penduduk muda dan jumlah pengguna internet yang terus meningkat, merupakan faktor utama yang membuat para investor dan pelaku bisnis mempertimbangkan Indonesia sebagai pilihan mereka untuk berinvestasi," tutur Yunus dalam laporannya yang diterima Kompas.com, Senin (08/02/2021).
Namun demikian, Yunus mengingatkan, terlepas dari peluang nyata pasar data centre yang sedang berkembang, ada komponen lokal kuat dalam kriteria evaluasi investasi yang perlu dipertimbangkan.
Baca juga: Jangan Salah Perhitungan, Ini Bisnis Properti yang Cocok di 13 Kota
Komponen tersebut terutama adalah undang-undang (regulasi) terkait lokalisasi data serta peraturan dan faktor lainnya seperti kedekatan pasar yang dilayani dan akses ke pasokan listrik juga perlu diperhatikan.
Lonjakan penggunaan internet dan ponsel pintar, ditambah dengan media sosial, e-gaming, streaming video, dan aplikasi big data, menjadi alasan perlunya kapasitas data centre yang lebih besar di wilayah ini.
Dalam laporan terbaru JLL bertajuk "The Rise of New Data Centre Growth Markets", permintaan akan data centre terus tumbuh secara cepat di Asia Pasifik, didorong oleh cloud computing dan penggunaan mobile internet.
Baca juga: Pusat Data Berisi 400.000 Server Modular akan Dibangun di Islandia
Nilai pasar hosting, penyimpanan data, dan layanan cloud computing diperkirakan mencapai 163 miliar dollar atau ekuivalen Rp 2.282 triliun pada 2021, atau meningkat hampir 30 persen dari 2017.
Selain itu, lalu lintas cloud di Asia Pasifik diprediksi akan meroket lebih dari 150 persen pada periode yang sama.
Senior Director, Alternatives, Capital Markets JLL mengatakan, pertumbuhan konsumsi data menjadikan infrastruktur data centre sebuah peluang yang menarik bagi investor dan operator baik dalam skala regional maupun global.