Singapura, Kota Paling Layak Huni di Asia Tenggara

Laporan tersebut dirilis oleh Divisi penelitian dan analisis dari perusahaan The Economist Group, Economist Intelligence Unit (EIU) setelah mensurvei 172 negara di dunia.

Dari total 172 negara tersebut, terdapat 10 negara yang di survei yakni Bangkok, Bandar Seri Bengawan, Hanoi, Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Phnom Penh, Penang, Singapura dan Surabaya.

Dibandingkan 9 kota lainnya, Singapura berhasil meraih nilai indeks tertinggi yakni 89. Secara global, Singapura berada di posisi ke-40.

Terdapat lima indikator kelayakan huni sebuah kota yang dinilai yakni soal stabilitas, kesehatan, pendidikan, infrastruktur serta budaya dan lingkungan.

Berdasarkan survei, indikator pendidikan dan infrastruktur di Singapura mendapatkan skor 100. Sedangkan indikaor stabilitas skornya 95, kesehatan 92 serta budaya dan lingkungan 66.

Di bawah Singapura, ada Kuala Lumpur dengan nilai indeks 68, di mana secara global koa ini berada di posisi 113 dunia. Selanjutnya di posisi lima besar, berturut-turut ada Penang, Bangkok dan Manila.

Jakarta dan Surabaya diketahui berada di posisi tiga terbawah bila dibandingkan kota-kota lainnya.

Berdasarkan survei, total nilai indeks kelayakan yang didapatkan oleh Jakarta adalah 51, di mana secara global ada di peringka 153.

Sementara Surabaya, berada di peringkat yang lebih rendah yakni peringkat 155 secara global dengan total nilai indeks kelayakan huni adalah 50.

Sedangkan ibu kota Kamboja, Phnom Penh berada di posisi paling buntut bila dibandingkan dengan 9 negara lainnya dengan nilai indeks layak huni sebesar 47. Kota ini ada di peringkat 160 secara global.

Mayoritas kota di Asia Tenggara memang masih sangat jauh dibandingkan dengan kota-kota di Eropa Barat dan Kanada yang mendominasi posisi 10 besar.

Tahun ini, Ibu Kota Austria, Wina, kembali mendapatkan predikat sebagai kota paling layak huni di dunia setelah sebelumnya mendapatkan predikat yang sama tahun 2018 dan 2019.