Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Cuma Jargon, IKN Nusantara Harus Berkelanjutan, Apa Maksudnya?

Tentunya, hal ini disambut positif oleh sejumlah asosiasi profesi terkait. Akan tetapi, harus benar-benar dibuktikan, sehingga tidak sekadar jargon saja.

Ketua Umum Gren Building Council Indonesia (GBCI) Iwan Prijanto mengatakan Presiden Jokowi pernah menyampaikan bahwa IKN akan menjadi model wajah Indonesia di masa depan.

Artinya pantas dibanggakan di kancah global karena konsepnya yang selaras dengan tren di dunia. Yakni pembangunan yang berkelanjatuan atau sustainability.

"(Sustainability) Build more with less telah menjadi global trends. Tren dunia sekarang bukan menjadi lebih megah, mewah, besar, hingga mahal, tetapi build more with less," terang Iwan Prijanto dalam sebuah diskusi, Rabu (26/01/2022).

Menurut dia, jargon sustainable ini sering dikumandangkan dan digunakan dengan ringan. Padahal untuk merealisasikannya tidak mudah dan membutuhkan upaya sistemik.

Karena berkelanjutan itu membutuhkan sumber daya yang kemudian diolah agar kehidupan dan peradaban pada masa mendatang masih tetap eksis.

"Mudah diucapkan tetapi ternyata itu upaya sistemik dari berbagai macam hal. Mulai dari mengelola lanskap, bangunan, perancang kotanya, dan policy dari perencanaan kotanya, serta aspek yang lain seperti kesehatan, itu harus dikelola secara sistemik," jelasnya.

Untuk saat ini menerapkan sustainability terbilang cukup mudah karena sudah ada standar ukurannya. Meskipun tidak mencakup semua hal, tetapi ukuran ini sudah menjelaskan banyak sekali aspek.

Contoh ukuran index sustainability yang paling mudah ialah net zero. Emisi karbon yang hasil neraca nya nol. Hasil dari upaya pengendalian diri terhadap pemborosan energi.

"Kalau bisa dicapai dengan hemat kenapa harus boros. Kalau bisa tidak pakai AC kenapa harus pakai AC, bisa jalan kaki kenapa harus menggunakan motor," tandas Iwan.

Setelah bisa menerapkan hal tersebut, kemudian baru menyinggung soal teknologi. Yaitu penggunaan renewable energy dan sebagainya.

"Jadi neraca yang sudah rendah dipakai renewable energy sehingga totalnya jadi nol, ini yang namanya raise to net zero," tuturnya.

Selain proses, ada aspek penting lain soal pembangunan berkelanjutan, yakni penggunaan material bangunan.

"Material bangunan yang sustainable itu secara sederhananya sesedikit mungkin hasil dari mining, lebih banyak dari planting atau menanam," tuntasnya.

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Hendricus Andy Simarmata menambahkan, urban planning yang sustainable harus menganut tiga pilar utama. Yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Adapun salah satu yang patut menjadi fokus dalam pembangunan IKN Nusantara ialah daya dukung lingkungannya. Mengingat lokasinya berada di kawasan hutan.

Apabila kondisi airnya sepet hingga tanahnya berkontur, baiknya menerapkan build with more less. Tidak perlu yang berukuran besar karena harus mengambil air hingga energi dari wilayah lainnya.

"Itu artinya high cost. Kalau high cost, bukan hanya nilai bangunannya yang mahal tapi nilai biaya operasionalnya. Kalau yang menanggung warga itu namanya tidak sustainable, karena memberatkan orang-orang yang tinggal di kota itu," jelas Andy.

Menurut dia, tiga tahun pertama menjadi hal yang krusial dan penting seiring pembangunan IKN. Masa ini bisa diibaratkan seperti golden age pada bayi.

"Jangan salah melakukan intervensi. Sudah banyak pohon, kalau mau bangun forest city di sana (IKN) lihat-lihat dulu pohonnya, jangan langsung semua ditebas," imbuhnya.

Sementara Ketua Umum Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) Dian Heri Sofian menyampaikan, dalam perencanaan lingkungan ada dua alternatif, yaitu konservatif atau apa adanya dan dibangun atau direkayasa.

"Boleh dibangun atau direkayasa, kemudian kalau ada masalah selesaikan dengan rekayasa berikutnya, tapi sampai kapan? Jadi kita bisa memilih untuk membangun dengan memperhatikan daya dukung lingkungannya (konservatif)," ujarnya.

Sehingga, tidak sampai perlu mendatangkan resource dari luar wilayah seperti halnya transportasi hingga energi. cukup memperhatikan dan memaksimalkan potensi lokal, tidak semuanya harus impor.

"Misalnya sekarang trennya pohon ketapang kencana, tiba-tiba di IKN ketapang kencana semua, ngapain datangin dari Jawa dan Sumatera? Padahal di sana sudah banyak pohon. Kira-kira contoh simpelnya seperti itu," tandasnya.

Sedangkan Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Georgius Budi Yulianto berpendapat, dalam pemahaman arsitektur, sustainable itu meminimalkan dampak negatif untuk lingkungan. Baik dengan efisiensi dan memoderasi material serta bahan.

"Kita juga kan membuat national buiding (IKN), bukan national sculpture, kalau building itu ada fungsi dan standar yang harus dipenuhi juga," katanya.

Dengan demikian, desain arsitektur yang berkelanjutan akan menjadi patokan supaya bahan material yang dipakai secara estetika bagus, tapi dampaknya juga minimum bagi lingkungan.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/01/27/073000521/jangan-cuma-jargon-ikn-nusantara-harus-berkelanjutan-apa-maksudnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke