Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hendry Roris P Sianturi
Pengajar

Pengajar di Universitas Singaperbangsa Karawang, Lulusan Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia

Terlanjur Beken dengan Nama Panggung

Kompas.com - 03/06/2023, 06:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di Pileg 2009, Rieke mendaftar lagi menjadi Caleg DPR RI. Hasilnya, Rieke menang dan bertahan selama tiga periode berturut-turut, yaitu 2009-2014, 2014-2019 dan 2019-2024.

Berdasarkan catatan penulis, ada juga pesohor yang selalu mendaftar menjadi menjadi Caleg, tetapi gagal terus.

Aktor dan presenter Derry Drajat, misalnya, sudah tiga kali maju menjadi caleg dan tak pernah menang. Mulai dari Pileg 2009, Pileg 2014, dan Pileg 2019. Bahkan Derry masih berupaya maju di Pileg 2024.

Selain tantangan menjadi caleg pemula, persoalan lain yang bisa menjadi hambatan Uya Kuya dan Astrid Kuya untuk lolos menjadi anggota DPR RI, adalah nama panggung lebih beken dari nama asli.

Nama panggung Uya Kuya terlanjur beken dibandingkan nama aslinya, yaitu Surya Utama. Sementara nama caleg yang tertera di kertas suara, adalah nama asli, bukan nama panggung. Artinya, konstituennya bisa kesulitan mencoblos Uya Kuya di bilik suara.

Tito Sumarsono, pelantun lagu “Pergilah Kasih”, pernah mengalami pengalaman buruk itu. Pemilik nama asli Muhammad Taufik Hidayat ini gagal ke Senayan pada Pileg DPR RI 2009.

Dikutip dari berita Kompas.com berjudul, “Cerita Tito Sumarsono yang Gagal Nyaleg karena Tak Boleh Pakai Nama Artis” yang diterbitkan 1 November 2020, Tito mengakui kekalahannya karena nama panggungnya lebih ngetop dibandingkan nama asli.

Uya Kuya dan Astrid Kuya ternyata menyadari persoalan ini. Pada 26 Mei lalu, keduanya mendaftarkan permohonan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, agar nama panggung mereka disahkan menjadi nama resmi, yang sama dengan nama lahir. Artinya, mereka ingin memiliki dua nama resmi.

Tak butuh waktu lama, bagi kedua miliarder tersebut untuk mengurusnya. Pada 30 Mei, tak sampai satu minggu, nama Uya Kuya dan Astrid Kuya sah menjadi nama resmi kedua setelah Surya Utama dan Astrid Margareta.

Dengan dikabulkannya permohonan bernomor 451/Pdt.P/2023/PN JKT.SEL dan 452/Pdt.P/2023/PN JKT.SEL itu, nama Uya Kuya dan Astrid Kuya bisa dipakai di kertas suara dan alat peraga kampanye.

Nama Uya Kuya dan Astrid Kuya memang memiliki modal popularitas. Persoalannya popularitas tidak melulu linier dengan elektabilitas atau tingkat keterpilihan, khususnya bagi Caleg pemula dari kalangan pesohor.

Faktanya banyak Caleg petahana menumbangkan caleg pemula dari kalangan pesohor. Salah satu faktor penyebabnya, yaitu para petahan sudah membangun pemilih dan basis konstituen yang loyal lewat program-program pada periode sebelumnya.

Di sisi lain, nama Uya Kuya memang lebih populer dibandingkan Surya Utama. Namun bukan berarti, nama Surya Utama tidak laku untuk dipasarkan ke publik.

Rebranding nama bisa jadi opsi bagi Uya Kuya dan istrinya melepaskan identitasnya sebagai pesohor. Dengan menggunakan nama Surya Utama dan Astrid Kuya, keduanya bisa mentransformasi diri menjadi tulen.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pernah melakukannya. Basuki melakukan rebranding nama bekennya, Ahok menjadi BTP, singkatan Basuki Tjahaja Purnama.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com