JAKARTA, KOMPAS.com - Film terbaru garapan Kamila Andini berjudul Before, Now & Then (NANA) diputar secara khusus di bioskop Cihampelas Walk, Bandung pada Selasa, 18 Oktober.
Film ini mengangkat tentang tradisi Sunda dan berkisah tentang perempuan Sunda.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut menonton bareng film Before, Now & Then (NANA) ini. Dia kemudian memberikan kesan-kesan setelah menonton film tersebut.
“Banyak memori-memori tentang Sunda yang dikembalikan kembali dalam film ini. Hal-hal yang sudah banyak hilang saat ini,” kata Ridwan Kamil dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (19/10/2022).
Baca juga: Daftar Pemeran Film Before, Now & Then (Nana), Ada Happy Salma hingga Ibnu Jamil
“Saya tentunya akan selalu mendukung film-film yang mengeksplorasi tempat-tempat indah di Jawa Barat, bahasa, dan kekayaan budaya,” lanjut Ridwan Kamil.
Film yang memenangi Global Feature Award dari Jakarta Film Week 2022 ini diadaptasi dari salah satu bab di novel JAIS DARGA NAMAKU karya Ahda Imran.
Before, Now & Then (NANA) bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawa Barat di era 1960-an.
Ceritanya diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani.
Kisah seorang perempuan yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak.
Baca juga: Nonton Film Before, Now & Then (Nana), Jadwal Tayang dan Sinopsisnya
Ia lalu menjalani hidupnya yang baru bersama seorang menak Sunda hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya.
Sesuai latar tempatnya, film ini akan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama yang digunakan di film.
Film ini membawa Kamila Andini ke eksplorasi baru dalam perjalanan kariernya sebagai sutradara. Di mana ia menggarap film periodik yang juga diinspirasikan dari kisah nyata.
“Film periodik Indonesia selalu terkait dengan sesuatu yang besar atau tentang seorang tokoh penting. Sementara ketika saya mengerjakan ini saya ingin menceritakan seorang tokoh perempuan pada umumnya, seperti nenek kita, kakak kita atau ibu kita, yang bisa disayangi dengan semua kekurangan dan kelebihannya,” ucap Kamila.
Baca juga: Di Balik Layar Film Before, Now & Then, Happy Salma dan Ibnu Jamil Kesulitan Berbahasa Sunda
“Kebetulan saja ia hidup di masa itu. Tapi kita juga bisa berefleksi dengan masa itu dan masih bisa terhubung dengan masa kini. Saya ingin membuat jembatan dari masa lalu ke masa sekarang,” lanjut Kamila.
Menurut Kamila Andini, perempuan adalah korban jaman yang paling nyata.