Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kind by Kami Populerkan Kembali Sapu Bambu yang Lebih Sustainable

Kompas.com - 08/08/2022, 14:13 WIB
Nabilla Ramadhian,
Esra Dopita Maret

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu cara menjaga kebersihan rumah adalah menyapu lantai secara rutin.

Selain membersihkan debu yang menumpuk pada permukaan lantai, menyapu bisa menghilangkan remah-remah makanan yang dapat mengundang semut dan kecoak ke rumah. 

Baca juga: Mengubah Sampah Rumah Tangga Jadi Produk Fashon ala Recycling Village

Akan tetapi, tidak semua sapu tahan lama dan nyaman digunakan. Tidak jarang, beberapa orang mengganti sapu setiap beberapa bulan sekali.

Apabila ingin memiliki sapu yang lebih tahan lama sekaligus menjaga lingkungan, sebaiknya menggunakan sapu yang materialnya terbuat dari bambu alih-alih plastik dan kayu yang digunakan pada umumnya.

Sebab, bambu adalah material yang berkelanjutan atau sustainable dan pertumbuhannya lebih cepat daripada kayu. Selain itu, material sapu bambu lebih ramah lingkungan daripada plastik.

Baca juga: Housewarming, Toko Dekorasi Rumah Berkonsep Galeri Seni di Tangsel

Sapu bambu dari Kind by Kami.dok. Instagram @kindbykami Sapu bambu dari Kind by Kami.

“Sebenarnya Indonesia sudah bikin sapu seperti itu, batangnya dari bambu dan bagian ijuknya dari tanaman rayung,” kata Co-founder Kind by Kami, Nasta Sutardjo, ditemui di Housewarming, The Flavor Bliss, Alam Sutera, Kota Tangerang Selatan, baru-baru ini.

Nasta mengungkapkan sapu “tradisional” ini sudah mulai jarang diproduksi dan digunakan masyarakat luas. Sebab, generasi muda mulai kurang tertarik memproduksi sapu bambu lantaran proses pembuatannya cukup rumit.

Ada beberapa kelompok dalam proses membuat sapu bambu, dari kelompok yang membakar bambu, menjahit tanaman rayung, hingga membentuk ijuk sapu. 

Baca juga: Jangan Dibuang, Daur Ulang Sampah Plastik ke Recycling Village

Bantu mempopulerkan kembali sapu bambu

Kind by Kami adalah merek yang menjual produk rumah tangga berbahan ramah lingkungan. Mereka tidak hanya menjual sapu bambu, tapi juga sikat gigi dan peralatan makan yang terbuat dari bambu. 

Bahkan, ada pula tatakan gelas yang terbuat dari sampah plastik rumah tangga. Pewarnaannya sendiri tidak menggunakan cat, tetapi secara alami berasal dari plastik yang sudah diolah.

Untuk sapu bambu sendiri, Nasta mengatakan pihaknya menyediakan berbagai macam motif pengikat ijuk dan batang bambu.

Baca juga: Cara Merawat Sapu agar Tidak Cepat Rusak

Sapu bambu dari Kind by Kami.dok. Instagram @kindbykami Sapu bambu dari Kind by Kami.

Pengikat warna-warni ini pun terbuat dari tekstil limbah pabrik yang telah dijahit para pengrajin yang bekerja sama dengan Kind by Kami.

Motif dan warnanya yang beragam ditujukan untuk membuat sapu bambu terlihat lebih kekinian dan unik.

“Kami membantu mempopulerkan kembali sapu bambu yang mulai ditinggalkan. Bedanya dengan sapu ijuk biasa, mereka (ijuk dari rayung) benar-benar mengangkat debu,” ujar Nasta.

Baca juga: Sapu Vs Vacuum Cleaner, Mana yang Lebih Baik untuk Membersihkan Lantai?

Jika kebanyakan sapu ijuk dapat membuat kotoran seperti rambut menempel dengan mudah, beda dengan sapu bambu.

Sapu bambu hanya digunakan di dalam ruangan. Jangan terkena basah supaya enggak cepat rusak. Cara menaruhnya harus digantung, atau diterbalikkan (ijuk mengarah ke atas),” jelas Nasta.

Apabila tertarik membeli produk hasil daur ulang sampah plastik rumah tangga, Kind by Kami menjualnya secara daring melalui akun Instagram @kindbykami. Kamu juga bisa mendapatkannya secara langsung di Housewarming, Tangerang Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com