Dudi mengungkapkan, umbi talas beneng dapat muncul sampai ke atas permukaan tanah menyesuaikan tinggi pohon.
Untuk tinggi tanamannya sendiri, mereka bisa mencapai lebih dari 2 meter (m). Lalu, panjang yang siap dipanen bisa mencapai 1,2-1,5 m, dan bobotnya 35-45 kilogram (kg) jika dipanen saat berusia dua tahun.
Terkait daya tahannya sendiri, umbi talas beneng tidak akan bermasalah meski telah memasuki masa panen namun belum dipanen. Untuk penanamannya sendiri, mereka tidak terpengaruh oleh curah hujan.
“Beda dengan talas Bogor yang akan membusuk. Setelah dipanen, rasa talas beneng bisa tahan sampai empat bulan lamanya selama belum dikupas,” kata Dudi.
Baca juga: Uji Laboratorium Perlu Dilakukan untuk Semua Kemasan Pangan?
“Namun, umur panen yang optimal dengan rasa yang nikmat untuk olahan itu ketika sudah berusia enam sampai delapan bulan,” imbuhnya.
Walhasil, para petani di Banten sering kali memanen talas beneng saat tanaman berada pada rentan usia tersebut.
Talas beneng merupakan tanaman yang berpotensial sebagai pangan lokal. Sebab, ada cukup banyak bagian yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat selain kimpul, salah satunya adalah batangnya.
Lebih lanjut, tanaman asli Kabupaten Pandeglang ini juga memiliki kadar protein, mineral, dan serat pangan yang relatif tinggi.
Dudi mengungkapkan, talas beneng dapat diolah menjadi tepung, beras analog, keripik, rokok, bakpao, kue kering, bahkan mi. Untuk tepung sendiri, para petani talas beneng di sana sudah memproduksinya sejak 2010.