Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkebun di Lahan Sempit dengan Teknik Vertikultur, Begini Caranya

JAKARTA, KOMPAS.com - Memiliki lahan yang sempit bisa membuat kegiatan berkebun menjadi kurang leluasa. Akan tetapi, dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dan dengan kuantitas yang dapat ditingkatkan.

Anda dapat berkebun di lahan sempit dengan teknik vertikultur.

Dilansir dari laman Cybex Kementerian Pertanian, Sabtu (15/1/2022), vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal atau bertingkat untuk mengatasi keterbatasan lahan. Selain mudah dan murah, wadah vertikal juga menghemat ruang.

Sistem vertikultur merupakan solusi berkebun di ruang atau lahan sangat terbatas.

Ada beberapa kelebihan berkebun dengan teknik vertikultur, antara lain sebagai berikut.

  • Efisiensi dalam penggunaan lahan.
  • Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida.
  • Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
  • Mudah dalam pemeliharaan tanaman.

Meskipun demikian, sistem berkebun vertikultur juga memiliki kelemahan, antara lain sebagai berikut.

Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek, atau tanaman semusim seperti sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.

Beberapa tanaman tersebut misalnya tanaman sayur semusim seperti aawi, selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya, tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea dan sebagainya, serta tanaman obat-obatan tertentu.


Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman dengan vertikultur, antara lain sebagai berikut.

1. Pembuatan rak vertikultur

Pembuatan rak vertikultur dapat menggunakan bahan khusus seperti bambu, kayu, pipa paralon, pot gantung maupun dengan memanfaatkan barang bekas yang ada, misalnya di kaleng bekas cat, botol minuman kemasan, dan sebagainya.

Yang harus diperhatikan dalam pemilihan wadah untuk membuat vertikultur adalah kecocokan dengan kondisi lingkungan dan disesuaikan dengan karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan, sehingga Anda dapat merancang sistemnya dengan benar.

Bentuk dan model vertikultur sangat beragam, bisa disesuaikan dengan kondisi lahan, jenis tanaman dan keinginan tanpa meninggalkan estetika.

Jika lahan atau halaman cukup luas bisa dengan dibuat rak rak susun atau bertingkat. Akan tetapi, bila halaman sangat sempit bisa dengan rak tempel di tembok dan pot gantung.

Berikut cara membuat model sederhana teknik vertikultur menggunakan pipa paralon. Pertama, siapkan pipa paralon berdiameter 4 inci sepanjang 1,5 meter.

Buat lubang berdiameter 1,5 hingga 2 cm di sisi pipa secara bertingkat dan berselang-seling sehingga tanaman tidak akan saling menutupi.

Lubang pertama dibuat pada jarak 10 cm dari ujung paralon. Lubang berikutnya dibuat dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya, sehingga didapatkan dua belas lubang tanam setiap pipa.

Bagian bawah pipa paralon ditutup dengan dop PVC setebal 5 cm. Pipa paralon yang sudah ditutup dop diletakkan di cincin alas yang berkaki dua dan terbuat dari besi.


Supaya dapat berdiri kokoh, kaki-kaki harus ditanam dalam alas semen yang berbentuk segi empat. Setelah itu, paralon diberi media tanam yang telah disiapkan hingga penuh.

Vertikultur sudah siap ditanami. Model bisa diangkat dan dipindah-pindah sesuai dengan tempat yang inginkan walaupun agak berat.

Media tanam yang digunakan yaitu campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.

Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation.

Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah, adapun kompos menjamin tersedianya unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir).

Usahakan media tanam di dalam bambu tidak terlalu padat agar air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernapas," dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembapan.

3. Persiapan bibit tanaman dan penanaman

Persiapan bibit sebaiknya dilakukan sebelum pembuatan rak, sehingga saat pembuatan rak sudah selesai bibit juga sudah siap untuk dipindahkan ke dalam pot atau rak vertikultur.

Untuk penyemaian benih bisa menggunakan wadah khusus tray penyemaian benih atau bisa juga menggunakan gelas plastik bekas minuman.

Wadah diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan.

Semai benih dalam wadah yang sudah terisi dengan media tanam, lakukan penyiraman secara periodik sampai bibit siap pindah tanam. Benih akan berkecambah dua hingga tiga minggu setelah semai.

Bibit siap dipindahkan apabila sudah tumbuh 4 sampai 5 daun.

4. Pemeliharaan tanaman

Pada hari pertama setelah penanaman, biasanya akan terlihat beberapa daun menguning dan berguguran. Namun, dua hingga tiga hari kemudian, daun-daun muda bermunculan.

Satu bulan kemudian batang semakin besar, cabang bertambah, dan daun semakin rimbun, menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan meskipun tidak sepesat pola tanaman normal yang ditanam di tanah, atau setidaknya di pot.

Seperti halnya tanaman konvensional, tanaman vertikultur harus disiram dan dipupuk secara berkelanjutan, juga dilakukan penyemprotan untuk mencegah dan/atau membunuh hama pengganggu.

Pun seperti juga tanaman dalam wadah lainnya, pemupukan harus lebih sering karena tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang umumnya terdapat secara alami di dalam tanah.

Pemupukan bisa menggunakan pupuk organik cair yang bisa diaplikasikan dengan cara semprot ke daun atau bisa juga dengan dikocorkan bersamaan dengan penyiraman. 

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman vertikultur yaitu serangan hama ulat tanah, ulat daun, ulat buah, belalang, kutu daun, dan kutu putih atau kutu kebul.

Adapun penyakit yang dapat menyerang yaitu, busuk akar, busuk daun, layu fusarium, karat daun dan lainnya.

Metode pengendalian hama dan penyakit bisa menggunakan pestisida organik dengan memanfaatkan bahan bahan yang tersedia di sekitar, misalnya daun sirsak, daun mindi, bawang putih, temu-temuan seperti kunyit, dan lainnya.

Penggunaan pestisida kimia hanya bila populasi dan serangan hama sudah melebihi ambang batas pengendalian.

https://www.kompas.com/homey/read/2022/01/15/082800576/berkebun-di-lahan-sempit-dengan-teknik-vertikultur-begini-caranya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke