"Dulu hanya belajar otodidak, sekarang belajar formal. Saya sangat terbantu dan sangat senang," katanya.
Madeleine tidak sendirian.
Paling tidak, dalam wisuda di KBRI Bern setahun silam, antusias serupa juga ditunjukkan pemelajar bahasa Indonesia lainnya.
Julia, misalnya, meskipun baru mengikuti BIPA level 1, namun sudah bisa membuat pantun dalam bahasa Indonesia.
Baca juga: Zelensky Segera Tetapkan Tanggal Pertemuan Perdamaian Dunia di Swiss
“Hati gembira bersama rekan, bersuka cita di bawah jembatan, seandainya diizinkan, kita pasti berjumpa di masa depan," kata Julia.
Marco, rekan seangkatan Julia, bahkan nyaris tidak terlihat sebagai pemelajar BIPA tingkat pemula.
Marco fasih bercerita tentang pengalamannya menyelam di Raja Ampat dan Morotai.
Pemelajar yang lain, juga antusias membuat vlog tentang kuliner nusantara dalam bahasa Indonesia.
Sejak dibuka tahun 2020, minat terhadap BIPA makin meningkat. Pemelajar yang semula hanya puluhan, kini tercatat mencapai 300 orang.
Pada tahun-tahun sebelumnya, jika pun ada kursus bahasa Indonesia, hanya sporadis dan perorangan.
"Misi kami adalah, dengan mempelajari Bahasa Indonesia, warga Swiss dapat memahami Indonesia secara utuh. Bukan hanya secara optik atau melalui media, tapi mempelajari langsung keragaman budaya kita serta keaslian nilai dan keluhuran budaya kita," tutur Sitti Muthia Hasanah.
BIPA dilaksanakan secara virtual. Pemelajar dan gurunya bisa melakukan pertemuan pembelajaran melalui Zoom.
"Tentu saja hemat waktu dan biaya, namun juga ada rumitnya. Beda waktu antara Indonesia dan Swiss membuat saya harus mengajar daring tengah malam," tutur Hilda, guru yang bertugas membimbing penutur asing dalam program Bipa.
Baca juga: Caleg Artis Unggul dalam Pemungutan Suara di Swiss
Kendati harus berjaga di tengah malam, Hilda mengaku puas melihat antusias dan perkembangan anak didiknya.
"Melalui bahasa ini, Indonesia secara tidak langsung akan makin dikenal di kalangan penutur asing," kata Hilda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.