Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Kompas.com - 03/05/2024, 20:23 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

"Dulu hanya belajar otodidak, sekarang belajar formal. Saya sangat terbantu dan sangat senang," katanya.

Madeleine tidak sendirian.

Paling tidak, dalam wisuda di KBRI Bern setahun silam, antusias serupa juga ditunjukkan pemelajar bahasa Indonesia lainnya.

Julia, misalnya, meskipun baru mengikuti BIPA level 1, namun sudah bisa membuat pantun dalam bahasa Indonesia.

Baca juga: Zelensky Segera Tetapkan Tanggal Pertemuan Perdamaian Dunia di Swiss

“Hati gembira bersama rekan, bersuka cita di bawah jembatan, seandainya diizinkan, kita pasti berjumpa di masa depan," kata Julia. 

Marco, rekan seangkatan Julia, bahkan nyaris tidak terlihat sebagai pemelajar BIPA tingkat pemula.

Marco fasih bercerita tentang pengalamannya menyelam di Raja Ampat dan Morotai.

Pemelajar yang lain, juga antusias membuat vlog tentang kuliner nusantara dalam bahasa Indonesia.

Sejak dibuka tahun 2020, minat terhadap BIPA makin meningkat. Pemelajar yang semula hanya puluhan, kini tercatat mencapai 300 orang.

Pada tahun-tahun sebelumnya, jika pun ada kursus bahasa Indonesia, hanya sporadis dan perorangan.

"Misi kami adalah, dengan mempelajari Bahasa Indonesia, warga Swiss dapat memahami Indonesia secara utuh. Bukan hanya secara optik atau melalui media, tapi mempelajari langsung  keragaman budaya kita serta keaslian nilai dan keluhuran budaya kita," tutur Sitti Muthia Hasanah.

BIPA dilaksanakan secara virtual. Pemelajar dan gurunya bisa melakukan pertemuan pembelajaran melalui Zoom.

"Tentu saja hemat waktu dan biaya, namun juga ada rumitnya. Beda waktu antara Indonesia dan Swiss membuat saya harus mengajar daring tengah malam," tutur Hilda, guru yang bertugas membimbing penutur asing dalam program Bipa.

Baca juga: Caleg Artis Unggul dalam Pemungutan Suara di Swiss

Kendati harus berjaga di tengah malam, Hilda mengaku puas melihat antusias dan perkembangan anak didiknya.

"Melalui bahasa ini, Indonesia secara tidak langsung akan makin dikenal di kalangan penutur asing," kata Hilda.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Israel Selamatkan 4 Sandera dengan Tewaskan 210 Warga Palestina

Israel Selamatkan 4 Sandera dengan Tewaskan 210 Warga Palestina

Global
[UNIK GLOBAL] Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan | Nenek Meninggal Bernafas di Rumah Duka

[UNIK GLOBAL] Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan | Nenek Meninggal Bernafas di Rumah Duka

Global
Ukraina Serang Ossetia Utara di Rusia dengan Drone, 700 Km Jauhnya dari Garis Depan

Ukraina Serang Ossetia Utara di Rusia dengan Drone, 700 Km Jauhnya dari Garis Depan

Global
Menhan Swedia Khawatir Insiden di Laut China Selatan Ancam Keamanan Global

Menhan Swedia Khawatir Insiden di Laut China Selatan Ancam Keamanan Global

Global
Kisah 'Penyihir Malam', Pasukan Pilot Perempuan Soviet yang Ditakuti Nazi

Kisah "Penyihir Malam", Pasukan Pilot Perempuan Soviet yang Ditakuti Nazi

Global
Israel Selamatkan 4 Sandera dari Gaza, Termasuk Noa Argamani

Israel Selamatkan 4 Sandera dari Gaza, Termasuk Noa Argamani

Global
Cerita Para Warga Rakhine Mengaku Disiksa Junta Myanmar

Cerita Para Warga Rakhine Mengaku Disiksa Junta Myanmar

Global
Bos Bank Terbesar Rusia Sebut Perekonomian Rusia Alami Overheating

Bos Bank Terbesar Rusia Sebut Perekonomian Rusia Alami Overheating

Global
Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Global
Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Global
Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Global
Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Global
4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

Global
Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Global
Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com