Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Membuat Bangunan Lebih Tahan Gempa?

Kompas.com - 10/04/2024, 19:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Sushmitha Ramakrishnan/DW Indonesia

KOMPAS.com - Gempa bumi kuat yang mengguncang Jepang tanggal 1 Januari lalu dengan magnitudo 7,6, secara statistik "hanya" menelan korban jiwa sangat kecil.

Sampai berita ini diturunkan, tercatat 84 korban meninggal, puluhan dinyatakan hilang, dan 330 orang cedera.

Para pakar gempa bumi memperkirakan, konstruksi rumah dan bangunan di Jepang yang dirancang "tahan gempa" menjadi kunci dari kecilnya jumlah korban jiwa.

Baca juga: Belajar dari Cara Taiwan Menghadapi Gempa Bumi

Sebagai pembanding, gempa berkekuatan relatif sama yang mengguncang Turkiye pada awal 2023 menewaskan sekitar 46.000 orang.

Sejauh ini diketahui, penyebab utama kematian dalam gempa bumi bukanlah tanah yang berguncang, melainkan atap dan tembok bangunan yang runtuh.

Mengapa bangunan runtuh? Gempa bumi menyebabkan bangunan meregang, bergeser, dan mengalami tekanan.

Pergeseran terjadi ketika sejumlah gaya yang tidak selaras bekerja pada berbagai bagian bangunan. Gaya-gaya yang tidak beraturan ini dapat bekerja pada bangunan dari sisi ke sisi dan pada sepanjang bangunan.

Meskipun dinding batu dan bata dapat menahan beban tekanan dengan sangat baik, dinding akan retak dan runtuh saat terkena gaya geser.

Baja merupakan material yang jauh lebih fleksibel, oleh karena itu, baja sering kali digunakan sebagai kerangka bangunan yang biasanya selamat dari gempa bumi.

Meskipun gempa bumi tidak dapat dicegah, bangunan bisa dirancang untuk meminimalkan kematian dan cedera akibat gempa.

"Beton yang diperkuat dengan kolom baja pada bangunan misalnya, dapat memberikan ketahanan yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan bahan konstruksi tradisional seperti pasir dan kerikil," kata Mehrdad Sasani, profesor teknik sipil dan lingkungan di Northeastern University di Amerika Serikat.

Baja, misalnya, memiliki kelenturan bisa menjadi sangat bengkok sebelum patah sehingga ideal digunakan memperkuat bangunan yang lebih besar terhadap getaran gempa. Pada bangunan yang lebih kecil, bambu juga bisa digunakan untuk tujuan ini. Mehrdad Sasani juga mengatakan, menggunakan campuran tanah liat dan pasir dan "menambahkan jerami akan membantu mengendalikan retakan mikro."

Selain itu, memiliki atap yang ringan dapat mengurangi kematian akibat runtuhnya atap bangunan, karena orang-orang yang terjebak di bawahnya akan mengalami cedera yang lebih sedikit dan lebih ringan.

Di daerah rawan gempa, konstruksi kayu dan logam lebih baik untuk atap dibandingkan material berat, menurut sebuah studi majalah Nature.

Baca juga: Kisah Heroik Maya, WNI di Taiwan yang Selamatkan Majikannya saat Gempa Dahsyat

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com