Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Konser Eksklusif Taylor Swift di Singapura

Kompas.com - 09/03/2024, 14:28 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com - Singapura ‘berhasil’ menggelar konser penyanyi Taylor Swift secara eksklusif selama enam hari.

Mengapa pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan tindakan serupa? Apakah ini memperlihatkan pemerintah Indonesia setengah hati dalam memandang potensi konser musik dunia untuk perekonomian?

Cory Savitri, 37, bertandang ke Singapura pada Senin (4/3/2024) demi menonton sri panggung Taylor Swift secara langsung.

Baca juga: Momen Magis Konser Taylor Swift di Singapura dalam Bidikan Samsung Galaxy S24 Ultra

Pekerja swasta asal Jakarta hanyalah satu dari sekian banyak WNI yang rela bepergian jauh demi merasakan euforia konser biduanita asal AS itu.

Secara total, 300.000 tiket ludes terjual bagi mereka dari Singapura dan negara-negara lainnya yang berbondong-bondong memenuhi National Stadium demi menonton konser enam hari bertajuk The Eras Tour itu dari tanggal 2 sampai 9 Maret.

“Suasana sekota juga udah ikutan jadi Swifties (sebutan untuk penggemar Taylor Swift), dari bandara, mal, sampai setelah konser masih terasa euforianya. Sepertinya mereka memang menyiapkan satu kota,” ujar Cory kepada BBC News Indonesia.

Dia membandingkan rasanya menonton Taylor Swift di Singapura dengan pengalamannya menonton band asal Inggris, Coldplay, di Jakarta pada November silam.

“Contoh sederhana aja pas nonton konser Coldplay mau beli air minum susahnya setengah mati. Sementara di Singapura gampang buat isi ulang air minum atau beli makanan,” ujar dia.

Meski harus keluar uang sebanyak Rp 6.5 juta untuk tiket, Cory mengaku puas karena Singapura terkesan lebih siap untuk menjamin kesuksesan konser musik dunia. Dia pun merasa Singapura jeli dalam melihat potensi ekonomi dari konser Taylor Swift.

Hal yang sama dirasakan Lala, 25,Swiftie lainnya, yang mengamati betapa hotel-hotel di Singapura penuh dan harga tiket pesawat melambung ketika konser. Dia setuju bahwa Indonesia ‘kecolongan’ dalam mengambil peluang ekonomi dari konser Taylor Swift.

“Potensi ekonominya sayang banget kalau enggak diambil,” ujarnya.

Baca juga: RI Tak Kebagian Konser Taylor Swift, Luhut: Kita Kurang Cerdas

Ya, ‘kesuksesan’ Singapura untuk menjamu Mbak Taylor secara eksklusif memang menjadi berita besar.

Adrie Subono, mantan promotor musik terkemuka yang mendatangkan banyak musikus mancanegara pada tahun 1990-an dan 2000-an, mengaku heran – meski memang berdasarkan pengalaman dia dulu memang tidak sedikit artis yang memilih Singapura ketimbang Indonesia.

“Saya juga penasaran. Kenapa sampai artis cuma hanya mau main di Singapura 7 hari?” ujar Adrie.

“Bagaimana caranya dia (Singapura) bisa meyakinkan artis untuk main di situ selama beberapa kali, saya juga enggak ngerti. Karena bukan cuma Taylor Swift (...) Coldplay juga main beberapa hari, kan? Yang di Indonesia cuma mau satu hari,” katanya.

Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid mengatakan dewan turis Singapura memiliki visi dan misi yang jelas dalam memandang konser musik sebagai sumber pendapatan devisa dari sektor pariwisata –termasuk dengan memberikan insentif kepada promotor musik.

Penyanyi Taylor Swift dalam bidikan kamera Samsung Galaxy S24 Ultra dengan fitur zoom 10x di konser The Eras Tour Singapore. KOMPAS.com/JESSI CARINA Penyanyi Taylor Swift dalam bidikan kamera Samsung Galaxy S24 Ultra dengan fitur zoom 10x di konser The Eras Tour Singapore.

“Visi itu yang membedakan Singapura dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia,” ujar Dino.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam wawancara eksklusif dengan BBC News Indonesia pada Rabu (6/3/2024) malam mengatakan Indonesia masih punya “pekerjaan rumah” meski memiliki pangsa pasar yang besar untuk konser musik dunia.

Dia memandang ini sebagai “sebuah koreksi”.

“Kalau saya diberi tools yang sama dan saya punya juga dana pendampingan (dan) apa yang bisa ditawarkan Singapura – dengan besarnya pasarnya Indonesia, saya punya keyakinan kita bisa dapatkan Taylor Swift itu untuk konser Indonesia dan band-band lain dari seluruh dunia,” tutur Sandiaga.

Untuk saat ini, Sandiaga menyebut Indonesia bisa “duduk bersama” dengan pemerintah Indonesia berdiskusi dengan pemerintah Singapura untuk berkolaborasi.

“Data-data yang sedang kita kumpulkan bahwa yang menonton Taylor Swift dari Indonesia sangat banyak,” ujarnya.

Lantas apa pelajaran yang bisa dipetik Indonesia dari keberhasilan Singapura mendapatkan konser eksklusif Taylor Swift?

Baca juga: Perdana Menteri Singapura Sebut Kontrak Eksklusif Taylor Swift Bukan Hal Tak Bersahabat

Apakah Indonesia (dan negara ASEAN lainnya) kecolongan Singapura?

Bukan hanya Indonesia yang ‘kecolongan’ oleh Singapura.

Seperti dilansir Reuters, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin pada Februari silam menyebut Singapura membayar Taylor Swift sekitar 3 juta dollar AS (Rp 45 miliar) per konser dengan syarat mereka menjadi host eksklusif Taylor di Asia Tenggara.

Legislator Filipina menyebut apa yang dilakukan Singapura bukanlah sikap “negara tetangga yang baik”.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com