Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Resah jika Trump Jadi Presiden AS Lagi

Kompas.com - 30/01/2024, 18:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Matthias von Hein/DW Indonesia

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Semakin besar kemungkinan Donald Trump akan menjadi calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, semakin keras pula suara-suara yang memperingatkan Eropa untuk bersiap menyambut masa jabatan Trump yang kedua di Gedung Putih.

Dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik Perancis France 2, Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa, menggambarkan kemungkinan terpilihnya Donald Trump sebagai "ancaman yang jelas" bagi Eropa.

Pada pertengahan Januari, Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan kepada Parlemen Eropa bahwa "Jika tahun 2024 membawa kita kembali America First, ini benar-benar lebih daripada sebelumnya 'Eropa benar-benar sendirian'."

Baca juga: Trump Unggul 6 Persen atas Biden dalam Jajak Pendapat Pilpres AS

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh lembaga think tank Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa ECFR, mantan Perdana Menteri Swedia Carl Bildt meramalkan adanya konsekuensi global secara luas jika Trump terpilih kembali.

"AS akan meninggalkan kebijakan iklim dan memperluas investasi pada bahan bakar fosil. NATO, setidaknya, tidak akan aktif. Akan ada pendekatan yang nyaman kepada pihak Putin dan Orban. Perang dagang akan semakin intensif," tulisnya.

Persiapan skenario Trump 2.0

Sudha David-Wilp, direktur German Marshall Fund di Berlin, sebuah wadah pemikir yang didanai oleh Pemerintah AS, Pemerintah Jerman, dan Komisi Uni Eropa (UE), mengatakan kepada DW bahwa kekhawatiran utamanya adalah kemampuan militer Eropa.

"Sangat penting bagi Eropa untuk jadi aktor kuat, secara militer, dalam artian konvensional, sehingga mampu menangani masalah keamanan di lingkungan terdekatnya," kata David-Wilp.

Selain itu, katanya, Eropa juga harus "menjadi mitra yang kuat bagi Asia, bagi Eropa, dalam menangkal ancaman eksternal dari kekuatan otoriter, dan menjadi kuat secara ekonomi untuk mempersiapkan potensi tindakan proteksionis saat Trump memegang masa jabatan kedua."

Juergen Hardt, anggota partai konservatif Uni Demokrat Kristen CDU di Parlemen Federal Jerman, Bundestag, mengatakan khawatir bahwa Jerman tidak siap untuk masa jabatan kedua Trump.

Hardt yang juga adalah juru bicara kebijakan luar negeri untuk CDU dan Uni Sosial Kristen CSU, mengatakan kepada DW bahwa dia kritis terhadap kebijakan luar negeri Jerman.

"Kita berbuat sangat sedikit dalam tiga tahun terakhir untuk membantu Joe Biden membuktikan bahwa gaya kooperatifnya dengan Eropa lebih berhasil dibandingkan gaya konfrontatif Trump.

"Kita belum bersama-sama mencoba mengembangkan strategi tentang China, dan kita tidak berpegang teguh pada kesepakatan mengenai hal ini. Hanya di bawah tekanan perang di Ukraina, semuanya bergerak," ujarnya.

Baca juga: Pilpres AS 2024: Mengenal Apa Itu Kaukus yang Dimenangi Trump di Iowa

Hubungan penuh gejolak dengan NATO

Skeptisisme Trump terhadap NATO juga menimbulkan kekhawatiran di Eropa. Selama masa jabatan pertamanya, Trump berulang kali mengancam akan menarik diri dari aliansi pertahanan negara-negara Barat tersebut.

Komisaris Pasar Internal UE Thierry Breton baru-baru ini menambah ketidakpastian ketika ia menceritakan sebuah anekdot terbuka kepada Parlemen Eropa: Pada 2020, Presiden AS Trump diduga mengatakan kepada Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen bahwa "Jika Eropa diserang, kami tidak akan membantu dan mendukung Anda."

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com