Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Menangkap Sinyal Ketidakpastian Geopolitik Dunia

Kompas.com - 11/08/2023, 15:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Upaya untuk mengatasi ketidakpastian memerlukan kerjasama internasional yang kuat, diplomasi efektif, dan pemahaman yang mendalam tentang dinamika permainan kekuatan global.

Hanya melalui pendekatan yang terencana dan kolaboratif, dunia dapat mengurangi dampak negatif dari ketidakpastian geopolitik dan membangun masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.

Menangkap sinyal ketidakpastian geopolitik dunia

Geopolitik dunia telah lama didefinisikan oleh ketidakpastian yang tak terelakkan. Sinyal-sinyal ketidakpastian merupakan pencerminan dari dinamika kompleks dalam hubungan internasional yang melibatkan negara-negara besar, aliansi, konflik, ekonomi, dan kebijakan luar negeri.

Sinyal-sinyal ini muncul sebagai tanda-tanda awal pergeseran, ketegangan, atau perubahan yang dapat mengubah tatanan dunia.

Berbagai sinyal-sinyal ketidakpastian geopolitik dunia, antara lain terjadinya adalah ketegangan regional. Di mana ketegangan di antara negara-negara, atau di wilayah tertentu, seringkali muncul sebagai sinyal ketidakpastian.

Perselisihan perbatasan, klaim teritorial yang tumpang tindih, atau perdebatan sumber daya dapat memicu eskalasi yang berdampak besar pada hubungan antarnegara. Sinyal ini juga mencerminkan ketidakstabilan wilayah dan potensi konflik lebih lanjut.

Termasuk pula adanya pergeseran ekonomi global. Bahwa pergeseran dalam kekuatan ekonomi global, tak pelak lagi, dapat menciptakan sinyal ketidakpastian.

Negara-negara yang baru bangkit sebagai kekuatan ekonomi utama dapat mengubah lanskap geopolitik. Pergeseran ini dapat memengaruhi hubungan perdagangan, aliansi ekonomi, dan pengaruh global.

Sinyal ketidakpastian geopolitik dunia juga bisa dibaca pada teknologi dan ancaman siber. Soalnya, kemajuan teknologi juga memberikan sinyal ketidakpastian.

Sedangkan ancaman siber yang kompleks dapat mengubah cara negara-negara berkomunikasi, bekerja sama, dan berperang.

Serangan siber yang melibatkan pencurian data sensitif, sabotase, atau perusakan infrastruktur kritis dapat memiliki dampak yang luas pada tingkat nasional maupun global.

Dampak dari sinyal-sinyal ini menciptakan lingkungan geopolitik yang kompleks dan sulit diprediksi.

Dalam konteks ini maka sangat bisa dipahami ketika Presiden Jokowi menekankan Indonesia harus siap menghadapi ketidakpastian geopolitik dunia.

Harus siap, artinya antara lain Indonesia harus mampu merespons perubahan-perubahan geopolitik dunia dengan bijaksana, lalu merancang kebijakan yang adaptif, dan membangun hubungan lebih kuat untuk menghadapi tantangan tak terelakkan.

Sinyal-sinyal ketidakpastian geopolitik dunia adalah pengingat yang kuat tentang kompleksitas geopolitik, dan perlunya pendekatan yang matang dalam mengatasi tantangan global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Global
Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Global
Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Global
Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Internasional
Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Global
Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Global
Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Global
Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Global
Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Global
Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Global
Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Global
Sejumlah 'Influencer' Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Sejumlah "Influencer" Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Global
Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Global
Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Global
Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com