Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Muslim China Bentrok dengan Polisi Buntut Rencana Pembongkaran Kubah Masjid

Kompas.com - 31/05/2023, 10:28 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

YUNNAN, KOMPAS.com - Kerumunan pengunjuk rasa bentrok dengan sejumlah personel kepolisian China, pada Sabtu (27/5/2023).

Bentrokan terjadi di kota berpenduduk mayoritas Muslim di Provinsi Yunnan terkait rencana pembongkaran kubah masjid.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan kerumunan massa bentrok dengan polisi China di luar Masjid Najiaying di Kota Nagu.

Baca juga: Muslim, China, dan Aborigin adalah Kelompok Minoritas yang Jadi Target Rasisme

Masjid Najiaying merupakan tengaran (landmark) yang didirikan pada abad ke-13.

Dalam beberapa tahun terakhir, masjid itu diperluas dengan kubah baru serta sejumlah menara.

Namun, putusan pengadilan pada 2020 menyatakan perluasan bangunan itu ilegal dan memerintahkan kubah masjid dibongkar.

Tindakan kepolisian untuk melaksanakan perintah pengadilan tampaknya telah memicu demonstrasi.

Video protes pada Sabtu lalu, yang diverifikasi oleh BBC, menunjukkan barisan polisi menghalangi jalan masuk ke masjid. Sekelompok pria mencoba memaksa masuk dengan melemparkan batu ke arah polisi.

Video lain menunjukkan polisi kemudian mundur, saat massa memasuki Masjid Najiaying.

Kepolisian wilayah Tonghai, tempat Kota Nagu berada, mengeluarkan pernyataan pada Minggu (28/5/223) lalu yang menyerukan para pengunjuk rasa menyerahkan diri kepada polisi paling lambat 6 Juni.

Baca juga: Wartawan BBC Ditangkap dan Dipukuli Polisi China Saat Liput Protes Pembatasan Covid-19

Sejauh ini puluhan orang telah ditangkap.

"Mereka yang secara sukarela menyerahkan diri dan dengan jujur mengakui fakta pelanggaran dan kejahatan dapat diberikan hukuman yang lebih ringan atau pengurangan hukuman," kata pemberitahuan itu.

Pihak berwenang menyebut insiden itu sebagai halangan serius terhadap tatanan manajemen sosial.

Mereka pun mendesak orang-orang untuk melaporkan para pengunjuk rasa “secara aktif".

Di China, unjuk rasa relatif jarang terjadi. Namun, sejak pandemi, unjuk rasa lebih banyak terjadi ketika pembatasan ketat memicu kemarahan publik.

Hui adalah salah satu dari 56 kelompok etnis yang diakui oleh Beijing dan sebagian besar adalah penganut Muslim Sunni.

Sementara, Yunnan adalah tempat tinggal bagi sekitar 700.000 orang dari sekitar 10 juta orang Muslim Hui di China. Provinsi ini terletak di barat daya China.

Mereka sering disebut sebagai Muslim Tionghoa oleh media lokal, dan dianggap terintegrasi dengan baik ke dalam masyarakat China setelah berabad-abad melakukan perkawinan dan asimilasi.

Baca juga: Polisi China Berhasil Tangkap Pelarian Korea Utara yang Kabur dari Penjara

Pengamat mengatakan, Beijing tengah berusaha untuk memperluas kendali atas kelompok agama dalam beberapa tahun terakhir dan bagaimana kelompok-kelompok ini mempraktikkan ajaran agama mereka di masyarakat.

Pada 2021, Presiden Xi berjanji untuk melanjutkan Sinicisasi agama, yaitu transformasi keyakinan agama sesuai dengan budaya dan masyarakat China.

Pada 2018, ratusan Muslim Hui di wilayah Ningxia terlibat perselisihan berkepanjangan dengan pihak berwenang untuk mencegah masjid mereka dihancurkan.

Pihak berwenang kemudian mengalah, tetapi bersikeras bahwa dekorasi bergaya Arab harus diubah.

Di tahun yang sama, tiga masjid di Yunnan juga ditutup karena dianggap melakukukan pendidikan agama ilegal.

China juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang sistematis terhadap Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang, di mana masjid-masjid telah dihancurkan dan praktik keagamaan Islam dilarang.

Beijing membantah tuduhan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com