Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/05/2023, 09:14 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dapat menerima investasi sekitar 31,9 miliar dollar AS (sekitar Rp478,5 triliun) untuk proyek-proyek yang terkait dengan rantai pasokan baterai pada 2026.

Hal itu diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan dalam Konferensi Rantai Industri Nikel dan Kobalt Indonesia 2023 di Jakarta pada Selasa (30/5/2023), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Konferensi yang diagendakan digelar selama dua hari itu diselenggarakan oleh Shanghai Metals Market (SMM) dan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI). 

Baca juga: Terbang ke AS, Jokowi Berencana Bertemu Elon Musk Bahas Nikel

Luhut menyebut, proyeksi investasi ini dimungkinkan karena pemerintah berupaya mendorong produksi bernilai tambah.

Dia mengatakan, sebagai negara kaya nikel, yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik (EV), Indonesia ingin melihat lebih banyak investasi di sektor hilir nikel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menurut Luhut, Kalimantan dapat menerima 12,35 miliar dollar AS, Maluku Utara dapat menarik 9,78 miliar dollar AS, dan Sulawesi dapat melihat arus masuk sebesar 9,84 miliar dollar AS dalam investasi proyek rantai pasokan baterai itu.

Untuk mendorong investasi dari investor yang sadar akan emisi, pemerintah Indonesia telah menggembar-gemborkan kawasan industri Kalimantan Utara di pulau Kalimantan sebagai kawasan "hijau".

Di kawasan itu, menurut rencana, segala aktivitas dijalankan dengan menggunakan energi yang diproduksi pembangkit listrik tenaga air.

Baca juga: Tesla Bangun Pabrik Baterai di China, Apa Kabar Rencana di Indonesia?

Sejauh ini, sejumlah perusahaan dilaporkan telah berkomitmen untuk memproduksi aluminium di kawasan industri tersebut.

Luhut mengatakan pada konferensi itu, kawasan tersebut dapat menampung proyek yang dapat memproduksi baterai dengan total kapasitas 265 GWh (gigawatt jam), dan proyek-proyek terkait industri petrokimia, besi dan baja, alumina dan silikon.

Meskipun terkenal dengan pasokan dan penggunaan batu bara yang melimpah, Indonesia berusaha mengurangi emisi dan mempromosikan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang lebih ketat.

"Jika Anda tidak mematuhi (ESG), saya akan menutup industri Anda," kata Luhut kepada peserta konferensi.

Ia juga mengatakan Indonesia tidak akan mengizinkan pembuangan tailing laut dalam, yakni metode kontroversial untuk melepaskan bahan limbah ke laut, untuk operasi pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL), dan akan mendorong perusahaan-perusahaan mengubah limbah menjadi bahan yang berguna.

HPAL adalah metode untuk membuat bahan antara nikel dan kobalt yang digunakan dalam pembuatan baterai EV.

“Tolong jangan remehkan niat pemerintah Indonesia terhadap lingkungan,” kata Luhut.

Baca juga: Jokowi Ingin Tesla Produksi Mobil Listrik di Indonesia, Bukan Cuma Baterai

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-587 Serangan Rusia ke Ukraina: Prediksi Ahli jika AS Setop Bantuan | Polandia-Ukraina Buat Terobosan

Rangkuman Hari Ke-587 Serangan Rusia ke Ukraina: Prediksi Ahli jika AS Setop Bantuan | Polandia-Ukraina Buat Terobosan

Global
Kronologi Penembakan di Mal Bangkok dan Identitas Remaja Pelaku

Kronologi Penembakan di Mal Bangkok dan Identitas Remaja Pelaku

Global
Harapan Biden Setelah Ketua DPR AS Kevin McCarthy Digulingkan

Harapan Biden Setelah Ketua DPR AS Kevin McCarthy Digulingkan

Global
Malaysia Hadapi Kabut Asap Kian Parah, Bersiap Tutup Sekolah, Salahkan Indonesia

Malaysia Hadapi Kabut Asap Kian Parah, Bersiap Tutup Sekolah, Salahkan Indonesia

Global
Kevin McCarthy Digulingkan dari Kursi Ketua DPR AS dalam Pemungutan Suara Bersejarah

Kevin McCarthy Digulingkan dari Kursi Ketua DPR AS dalam Pemungutan Suara Bersejarah

Global
[POPULER GLOBAL] Hancur Hati Pengantin Irak | Terganggu Patung Jenderal Soleimani

[POPULER GLOBAL] Hancur Hati Pengantin Irak | Terganggu Patung Jenderal Soleimani

Global
Rusia Gagalkan Upaya Ukraina Tembus Garis Depan di Timur dan Selatan

Rusia Gagalkan Upaya Ukraina Tembus Garis Depan di Timur dan Selatan

Global
Rusia Sebut Armenia Salah karena Gabung ICC

Rusia Sebut Armenia Salah karena Gabung ICC

Global
Kali Pertama, AS Denda Stasiun TV Rp 2,3 Miliar karena Sampah Satelit

Kali Pertama, AS Denda Stasiun TV Rp 2,3 Miliar karena Sampah Satelit

Global
Tersangka Penembakan Siam Paragon Bangkok Berusia 14 Tahun

Tersangka Penembakan Siam Paragon Bangkok Berusia 14 Tahun

Global
Turkiye Tangkap 67 Tersangka Milisi Kurdi Usai Ledakan Bom di Ankara

Turkiye Tangkap 67 Tersangka Milisi Kurdi Usai Ledakan Bom di Ankara

Global
UPDATE Penembakan di Siam Paragon Bangkok: 3 Tewas, Penembak Ditangkap

UPDATE Penembakan di Siam Paragon Bangkok: 3 Tewas, Penembak Ditangkap

Global
Penembakan di Mal Siam Paragon Bangkok: 3 Korban Luka, Ratusan Orang Lari

Penembakan di Mal Siam Paragon Bangkok: 3 Korban Luka, Ratusan Orang Lari

Global
Ukraina Jatuhkan 29 Drone Rusia dalam Semalam di Crimea

Ukraina Jatuhkan 29 Drone Rusia dalam Semalam di Crimea

Global
Asap Kemarau Kian Mengganggu, Malaysia Siap Turunkan Hujan Buatan

Asap Kemarau Kian Mengganggu, Malaysia Siap Turunkan Hujan Buatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com