Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pakar soal Penyebab Wisman di Bali Berperilaku Negatif Belakangan Ini

Kompas.com - 17/04/2023, 19:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sejauh ini, Rusia memang menduduki posisi tertinggi sebagai negara yang warganya dideportasi dari Bali sepanjang 2023, dengan 21 orang.

Baca juga: Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro Ajukan Visa Turis AS

Jangan jual murah

Bali tidak tepat lagi dijual dengan harga murah untuk mengundang Wisman dalam jumlah besar. Pengamat yang juga dosen pariwisata di Universitas Warmadewa, Denpasar, I Made Suniastha Amerta mengatakan itu ketika dihubungi VOA.

“Kalau dari segi pengembangan konsep pariwisata, dekade sebelumnya kan kita masif begitu, mass tourism, yang penting banyak, datang dulu. Tapi satu dekade terakhir ini, sudah berubah,” kata Suniastha.

Perubahan yang disebut Suniastha adalah penerapan konsep pariwisata skala kecil tetapi berkualitas. Bali, kata dia, seharusnya sudah berani untuk memilih, memilah, melakukan skrining, untuk tidak menerima semua Wisman yang hendak datang.

“Sekarang inilah saatnya pemerintah mulai menerapkan konsep quality tourism. Kita tidak obral murah lagi, murah meriah. Tapi lebih ke small scale, walaupun tidak besar, tapi berkulitas,” tambahnya.

Wisatawan, seharusnya datang untuk berlibur dan membelanjakan uang. Pedoman itu harus menjadi rujukan dalam memilih kebijakan.

Karena itulah, papar Suniastha, banyak negara menerapkan syarat berkunjung yang ketat, misalnya soal kepemilikan dana di dalam rekening. Semua untuk memastikan, bahwa wisman yang datang memang akan membelanjakan uangnya.

Baca juga: Thailand Sambut Kembalinya Turis dari China dengan Bunga dan Tas Hadiah...

Kebijakan yang baru, misalnya visa on arrival, memang memiliki tujuan baik, yaitu menggenjot kunjungan pasca pandemi. Namun, karena nyaris tanpa skrining, dampaknya kini dirasakan Bali sendiri.

“Ada kasus misalnya di daerah Canggu, mereka datang ada tanah kosong kemudian pasang tenda. Makannya beli nasi jinggo, nasi bungkus limaribuan. Ya, apa yang kita harapkan dari tamu yang begini. Yang begini-begini, yang tidak perlu kita pertahankan,” papar Suniastha.

Wisatawan yang berkualitas, yang memang datang untuk bersantai, akan berbanding lurus dengan uang yang dia belanjakan.

Sementara tanpa skrining yang ketat, banyak yang datang justru tidak untuk berwisata. Suniastha mencatat, belakangan ini ada wisatawan asing yang membuka usaha sewa sepeda motor, penyewaan villa, bahkan jasa fotografer. Mereka justru mengambil pekerjaan yang selama ini dijalani warga Bali.

Melihat fenomena yang ada, Suniastha merekomendasi peninjauan kembali kebijakan visa on arrival. Atau jika tidak, semestinya persyaratan kunjungan diperketat, sehingga kesan Bali murah bisa dihilangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com