Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Gemini Menyebalkan dan Awal Mula Zodiak Populer di Indonesia

Kompas.com - 09/04/2023, 14:05 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

"Gemini bisa sangat moody. Mungkin itu bukan niat mereka," ungkap Nana.

Oleh karena itu, ia mengatakan dirinya merasa dituntut untuk berperilaku seperti Gemini pada umumnya, yakni seseorang yang mudah bergaul dan pandai berbicara. Hal ini membuatnya merasa skeptis terhadap astrologi pada awal mempelajarinya.

“Aku sendiri bukan orang yang sangat ramah. Aku enggak suka berpesta, aku senang hangout tapi aku enggak bisa hangout setiap hari,” kata Nana

Ia sendiri mengaku merasa lebih direpresentasikan oleh rising sign Scorpio yang konon cenderung pendiam.

Alifia Amri merupakan seorang lulusan Antropologi dari Universitas Indonesia yang pernah membuat penelitian bertajuk “Tanda Dari Semesta: Divinasi Digital” yang membahas bentuk divinasi (astrologi, tarot) secara digital di media sosial.

“Sebenarnya pengetahuan astrologi lewat online atau web itu sendiri, itu sudah lama. Semenjak internet muncul. Tapi semakin intens, semakin diperluas (sekarang). Ada media sosial seperti TikTok yang sekali scroll sudah dapet konten, tidak mencari tapi disuguhkan,“ jelas Alif.

Bahkan di TikTok khususnya, Alif melihat ada bagian khusus yang membahas soal astrologi yang disebut sebagai Astrologytok.

Astrologytok biasa dipenuhi dengan konten-konten yang berisi ulasan zodiak, ramalan oleh astrolog dan skenario akting yang dibuat berdasarkan sifat-sifat zodiak.

“Isinya mulai dari penjelasan tentang astrologi sampai bagaimana dengan transit-transit astrologi mempengaruhi orang,“ ungkapnya.

Menurut Alif, astrologi sendiri lebih tepat disebut sebagai pola pikir. Kebetulan, pola berpikir inilah yang digunakan sebagai alat untuk menstereotip orang berdasarkan sifat-sifat yang dikaitkan pada zodiak.

“Ketika ada perbedaan cara berpikir, maka muncul stereotip. Astrologi sebagai alat untuk menstereotip orang, dan orang mendalami astrologi atau percaya (itu). Menurut saya, astrologi bukan sebagai 'kepercayaan' tapi lebih ke cara berpikir magis,” kata Alif.

Baca juga: Sejarah Kenapa Lato-lato Viral: Dipatenkan di Jerman hingga Akhirnya Dilarang

"Dari sisi saintifik tidak ada dasarnya"

Ketua Kelompok Keahlian Astronomi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Taufiq Hidayat, mengatakan bahwa astrologi tidak bisa disebut sebagai ilmu. Sebab, menurut Taufiq, astrologi tidak memiliki basis saintifik.

“Astrologi tidak dimasukkan sebagai sains. Artinya dari sisi saintifik tidak ada dasarnya untuk mengatakan minggu ini rezeki akan melimpah, hubungan asmara baik dan sebagainya,” ungkap Taufiq kepada BBC Indonesia.

Dosen program studi astronomi itu menjelaskan bahwa memang benar pada zaman Babylonia, Yunani, dan Mesir kuno, astronomi dan astrologi muncul secara bersamaan.

Namun, pada kala itu, pergerakan bintang-bintang dan planet digunakan oleh para penasihat untuk memprediksi kejadian di bumi.

“Setiap raja punya penasihat militer, penasihat ekonomi, termasuk juga astrologi. Karena posisi benda-benda langit berdasarkan catatan-catatan. Waktu itu kalau begini kok ada bencana misalnya ada gempa bumi atau peperangan atau wabah, makanya ada kepercayaan semacam itu,” kata Taufiq.

Bahkan, Taufiq mengatakan bahwa rasi bintang-bintang yang disebut sebagai zodiak--seperti Cancer, Taurus, Gemini dan sebagainya--sudah berubah bentuk. Oleh karena itu, menurut dia, menyebut seorang adalah Leo berdasarkan tanggal lahir, tidak sepenuhnya akurat.

“Jadi kalau dibandingkan 5.000 tahun yang lalu dengan sekarang, itu pun tanggal-tanggalnya sudah berbeda sama sekali. Karena pergeseran posisi dalam waktu ribuan tahun terlihat. Kalau dalam satu atau dua hari memang enggak kelihatan,” katanya.

Selain itu, sambungnya, cara astrolog dan astronom menghitung letak benda luar angkasa dan susunan bintang pun juga berbeda jauh.

Taufik mengatakan, para astrolog memiliki bagan-bagan tersendiri yang mereka gunakan untuk memperkirakan pergerakan planet yang sama sekali tidak bisa dibuktikan secara astronomi.

Meski begitu, ia merasa astrologi hanya sekadar kepercayaan saja yang populer di kalangan masyarakat. Tidak hanya di Indonesia saja, ia menyebut ada koran di Perancis yang diprotes akibat menghapus kolom astrologinya.

“Di mana-mana juga, di Eropa juga sama aja. Di Amerika juga sama. Bukan hanya kita. Orang yang percaya astrologi itu bukan monopoli kita. Di mana-mana sampai sekarang masih percaya. Kalau saintis umumnya enggak percaya. Apalagi astronomer,“ tegas Taufik.

Baca juga: 5 Faktor Kenapa di Singapura Banyak Orang China Kaya

Mengapa astrologi menjadi populer di Indonesia?

Çanti Widyadhari sudah menekuni astrologi selama hampir delapan tahun.BBC INDONESIA Çanti Widyadhari sudah menekuni astrologi selama hampir delapan tahun.
Peneliti Alifia Amri mengatakan bahwa tak heran jika Indonesia masuk ke dalam negara tiga besar yang suka mencari informasi mengenai astrologi. Sebab dalam budaya Jawa, ada pula sistem yang serupa.

"Di budaya kita juga ada, weton. Tapi weton dan astrologi itu sangat berbeda, karena menurut saya, punya kompleksitas yang berbeda. Dan menurut saya, weton jauh lebih sakral,“ kata Alif.

Weton merupakan sistem hitungan hari dalam budaya Jawa yang memberi makna pada suatu peristiwa yang terjadi pada hari tertentu. Kalendar tradisional Jawa digunakan untuk meramal dan menelaah terjadinya peristiwa tersebut dalam suatu siklus hari.

Pada dasarnya, weton membaca kejadian dari fenomena atau tanda-tanda alam yang telah terjadi sebagai panduan untuk memahami setiap peristiwa yang akan terjadi.

Mirip dengan astrologi, weton juga bisa digunakan untuk menentukan watak seseorang berdasarkan hari lahir, dengan istilah-istilah hari kalendar Jawa seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com