Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

50 Tahun Perang Vietnam, AS Keok, Nyawa 1 Juta Jiwa Melayang

Kompas.com - 30/03/2023, 22:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Perang ini sering dijuluki sebagai "perang televisi pertama" dengan masifnya peliputan media yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada 1966, Arsip Nasional AS memperkirakan bahwa 93 persen keluarga AS memiliki TV. Siaran yang mereka tonton tidak selalu disensor dan kerap dibandingkan dengan perang-perang sebelumnya.

Itu sebabnya, tembakan di sekitar kompleks kedutaan AS di Saigon selama serangan Tet begitu berpengaruh.

Penonton melihat hampir secara langsung bahwa Viet Cong mampu membawa konflik ini langsung ke jantung pemerintahan di bagian selatan, juga di ruang keluarga masyarakat AS.

Sejak tahun 1968 hingga selanjutnya, liputan media sebagian besar tidak mendukung perang. Gambar-gambar warga sipil yang tidak berdosa terbunuh, cacat, dan disiksa ditayangkan di TV dan surat kabar. Banyak orang Amerika merasa ngeri dengan itu dan berbalik menentang perang.

Aksi protes besar-besaran bermunculan di seantero negeri.

Pada salah satu demonstrasi pada 4 Mei 1970, empat mahasiswa demonstran damai di Universitas Negeri Kent di Ohio ditembak mati oleh Garda Nasional.

Apa yang disebut sebagai "Pembantaian di Negara Bagian Kent" itu hanya membuat lebih banyak orang menentang perang.

Kebijakan wajib militer yang tidak disukai publik juga berdampak buruk pada moral masyarakat. Begitu pula dengan gambar-gambar peti mati tentara AS yang dipulangkan. Sekitar 58.000 prajurit AS tewas atau hilang dalam perang tersebut.

Menurut Profesor Vu, ini menjadi keuntungan besar bagi utara. Meskipun mereka kehilangan lebih banyak, negara totaliter mereka memiliki kendali mutlak atas media sehingga bisa memonopoli informasi.

"AS dan Vietnam Selatan tidak memiliki kapasitas dan kemauan untuk membentuk opini publik sebagaimana yang bisa dilakukan oleh Komunis," kata dia.

"Mereka memiliki sistem propaganda besar-besaran. Mereka menutup perbatasan dan menekan perbedaan pendapat. Siapa pun yang tidak setuju dengan perang dikirim ke penjara."

Baca juga: Mengapa Beberapa Negara Lain Terlibat dalam Perang Vietnam?

AS gagal memenangi hati masyarakat Vietnam Selatan

Ini adalah perang yang sangat brutal yang membuat AS menggunakan berbagai senjata mengerikan.

Penggunaan napalm (pembakar petrokimia yang membakar pada suhu 2.700 C dan menempel pada apa pun yang disentuhnya) dan Agen Oranye (bahan kimia yang digunakan untuk menggunduli hutan tempat musuh bersembunyi, juga membunuh tanaman pangan sehingga menyebabkan kelaparan) memberi persepsi buruk terhadap AS di antara penduduk desa.

Misi "cari dan hancurkan" telah membunuh warga sipil tak berdosa yang jumlahnya tidak terhitung dalam peristiwa seperti pembantaian My Lai 1968, di mana tentara AS membunuh ratusan warga sipil Vietnam dalam salah satu insiden paling dikenal dari perang ini.

Kematian korban sipil ini mengasingkan penduduk lokal yang juga tidak cenderung mendukung Viet Cong.

"Ini bukan berarti sebagian besar orang Vietnam Selatan berkomitmen menjadi komunis - kebanyakan orang hanya ingin melanjutkan hidup mereka dan sebisa mungkin menghindari perang," kata Middup.

Profesor Vu setuju bahwa AS kesulitan memenangkan hati dan pikiran orang Vietnam.

"Selalu sulit bagi tentara asing untuk membuat orang bahagia - Anda akan selalu memperkirakan bahwa mereka tidak terlalu disukai," kata dia.

Baca juga: Sinopsis Monsoon, Perjalanan Pria Usai Perang Vietnam-Amerika

Komunis memiliki moral yang lebih baik

Tentara komunis dinilai lebih termotivasi daripada tentara Vietnam Selatan dan sekutu mereka.HULTON ARCHIVE/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Tentara komunis dinilai lebih termotivasi daripada tentara Vietnam Selatan dan sekutu mereka.

Middup percaya bahwa secara umum, orang-orang yang memilih berperang di pihak komunis jauh lebih bertekad untuk menang dibandingkan orang-orang yang ditugaskan berperang pada pihak Vietnam Selatan.

"Ada penelitian yang dilakukan AS selama perang yang mengonfirmasi banyak interogasi terhadap tahanan komunis," kata Middup.

"Baik departemen pertahanan AS dan perusahaan Rand (sebuah think-tank yang terkait dengan militer AS) menghasilkan studi motivasi dan moral yang menyoroti mengapa orang-orang Vietnam Utara dan Viet Cong berperang."

"Kesimpulan yang mereka sepakati adalah bahwa mereka termotivasi karena merasa apa yang mereka lakukan adalah tindakan patriotik, yang menyatukan kembali negara itu di bawah satu pemerintahan."

Kemampuan pasukan komunis untuk terus bertahan meskipun banyak korban jiwa mungkin juga menjadi bukti kuatnya moral mereka.

Kepemimpinan AS terobsesi dengan jumlah. Jika mereka dapat membunuh musuh lebih cepat dari pergantian pasukan itu, komunis akan kehilangan keinginan untuk berperang.

Sekitar 1,1 juta pejuang Vietnam Utara dan Viet Cong terbunuh selama perang, namun komunis tampaknya bisa mengisi kepergian mereka hingga akhir perang.

Profesor Vu tidak yakin apakah utara memiliki moral yang lebih baik, tetapi dia mengakui bahwa indoktriknasi yang diterima pasukan utara telah "mempersenjatai" mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com