Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kapal Tua dalam Sengketa Filipina-Beijing di Laut China Selatan

Kompas.com - 18/02/2023, 13:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Saat kapal kecil BBC mendekat, mulai terlihat lubang besar berkarat pada lambung Sierra Madre. Dari wujudnya ketika itu, badai laut tampaknya akan bisa mengempas kapal tersebut.

Tapi entah bagaimana, hampir 10 tahun Sierra Madre masih tetap bertahan walau lebih banyak karat daripada lapisan bajanya. Di dalam kapal, sekelompok kecil personel AL Filipina menghuninya.

Tindakan kapal penjaga China yang memblokir kapal Filipina mungkin telah melanggar hukum internasional. Apapun yang dikatakan Beijing, perairan di sekitar Sierra Madre bertengger ini bukanlah milik China.

Baca juga: China Makin Terkepung, AS Dapat Akses 4 Pangkalan Militer Filipina

Pada 2016, Pengadilan Arbitrase Tetap di Belanda telah membuat keputusan yang jelas. Klaim China atas sebagian besar Laut China Selatan, sering kali diartikan sebagai sembilan garis putus-putus, tidak memiliki dasar dalam hukum internasional.

Tentu saja, tidak sesederhana itu.

Ada banyak klaim, dan kontra-klaim atas pulau-pulau, karang, dan perairan di Laut China Selatan. Di sini, China satu-satunya yang paling ekspansif.

Filipina, Vietnam, Taiwan, dan Malaysia memiliki klaim yang tumpang tindih atas wilayah laut yang lebih kecil. Dan, sebagian besar dari klaim-klaim tersebut juga tidak didukung hukum internasional.

Kapal berkarat Sierra Madre milik Filipina bertengger di atas karang yang dikenal sebagai Second Thomas Shoal, Ayungin Shoal. Menurut China, wilayah ini disebut Karang Ren-ai.

Baca juga: Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr Tak Bisa Tidur Memikirkan Laut China Selatan

Tapi karang yang mencuat ke permukaan bukanlah pulau, dan menguasai wilayah ini tidak memberikan negara atas teritori perairan baru dan tidak berpengaruh terhadap luasan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

Hampir tidak ada daratan yang benar-benar nyata di Laut China Selatan. Di wilayah yang paling diperebutkan di sekitar Kepulauan Spratly, terdapat beberapa pulau kecil.

Pulau yang paling besar disebut dengan Taiping Dao. Panjangnya hanya 1.000 meter dan lebarnya 400 meter. Namun berdasarkan catatan sejarah, pulau ini merupakan bagian dari wilayah Taiwan.

Kedua yang terbesar disebut Pagasa. Anda bisa mengelilingi pulau ini hanya dalam waktu setengah jam. Pagasa dikuasai oleh Filipina pada 1971, ketika pasukan Taiwan yang ditempatkan di sana harus mundur untuk menghindari badai laut yang kuat. Sementara itu, Vietnam memiliki sisa pulau kecil lainnya.

Tapi China, yang saat itu fokus dengan gejolak internal masa Revolusi Budaya pada 1960-an dan 1970-an, sudah terlambat - mereka tak memperoleh apa pun. Jadi, China memutuskan untuk membuat pulaunya sendiri.

Baca juga: Harga Bawang di Filipina Jadi Jauh Lebih Mahal dari Daging, Ini Penyebabnya

Sengketa Laut China Selatan.BBC INDONESIA Sengketa Laut China Selatan.

Sementara itu di tempat lainnya, sekelompok kecil personel AL Filipina bertahan di geladak berkarat Sierra Madre, 40 kilometer jauhnya dari pulau karang yang disebut Karang Mischief. China memulai reklamasi pulau besar-besaran di sana.

China menggunakan kapal keruk laut terbesar di dunia untuk memindahkan pasir dan kerikil ke atas karang untuk menciptakan pulau buatan yang sangat besar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Global
Menlu Inggris Punya Pandangan Lain Terkait Embargo Senjata ke Israel

Menlu Inggris Punya Pandangan Lain Terkait Embargo Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com