Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koran Lokal di Australia Masih Laku dan Berkembang

Kompas.com - 16/02/2023, 22:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

SYDNEY, KOMPAS.com - Rumor matinya media cetak dan koran regional di Australia menurut Lucie Peart terlalu dibesar-besarkan.

Sebagai manajer pelaksana koran Gilgandra Newspapers, Lucie sekarang malah akan meluncurkan koran daerah kelima di kawasan barat di negara bagian New South Wales yang beribu kota Sydney.

"Kami mencari tiga orang staf baru. Dan ketika kami memasang iklan, ada 200 lowongan kerja lain dengan posisi 'wartawan'," katanya.

Baca juga: Koran Inggris Puji Reuni William-Kate dan Harry-Meghan Saat Ratu Elizabeth II Meninggal

"Ada banyak lowongan pekerjaan untuk wartawan saat ini, suatu hal yang bagus, namun juga berarti kita kekurangan orang di bidang ini."

Lucie Peart sedang mempersiapkan peluncuran koran regional kelima milik kelompoknya Gilgandra di negara bagian NSW.ABC WESTERN PLAINS/JEN MCCUTCHEON via ABC INDONESIA Lucie Peart sedang mempersiapkan peluncuran koran regional kelima milik kelompoknya Gilgandra di negara bagian NSW.
Industri media baik di Australia maupun di berbagai belahan dunia lainnya mengalami perkembangan besar selama 10 tahun terakhir dengan adanya internet.

Banyak perusahaan yang berhenti mencetak koran dan beralih ke edisi digital sehingga mengakibatkan penghentian karyawan besar-besaran.

Minggu lalu, salah satu kelompok media terbesar di Australia, News Corp, mengumumkan PHK bagi sekitar lima persen staf di seluruh divisi koran di berbagai daerah.

Berita PHK di koran-koran besar yang diterbitkan kebanyakan dari ibu kota negara bagian berbeda dengan keadaan di koran-koran komunitas regional yang terbit di kota-kota kecil di Australia.

"Ketika koran edisi cetak tidak terbit lagi, berbagai kota kemudian menghubungi kami sebagai penerbit lokal agar kami mencetak koran untuk kota mereka," kata Lucie Peart.

Baca juga: Resmi Ditutup, Koran Pro-Demokrasi Hong Kong Edisi Terakhir Laku Keras

Bersaing dengan koran-koran besar

Pemerintah federal dan negara bagian di Australia sudah memberikan miliaran rupiah bantuan untuk media regional setelah kesulitan keuangan akibat pandemi Covid-19 pada 2020.

Bantuan dana tersebut tidak cukup untuk membantu kelangsungan beberapa media mingguan, namun membuka kesempatan baru bagi beberapa penerbit kecil.

Sebagai Presiden Asosiasi Media Regional Australia (CPA) NSW, Lucie Peart menyaksikan rekan-rekannya mengembangkan bisnis ke beberapa negara bagian lain.

"Covid memberi berkah karena membuat beberapa penerbit saingan kami mati," katanya.

"Salah satu kelompok media di jaringan pers regional saat ini mampu bersaing dengan kelompok koran besar dalam jumlah penerbitan yang dimiliki."

Masalah yang dihadapi sekarang adalah mencari wartawan seiring dengan perkembangan media lokal tersebut.

Industri percetakan banyak juga yang bangkrut menyusul penutupan berbagai media di Australia.ABC CAPRICORNIA/MEGAN HENDRY via ABC INDONESIA Industri percetakan banyak juga yang bangkrut menyusul penutupan berbagai media di Australia.
Serikat pekerja media, Media Entertainment and Arts Alliance (MEAA) memperkirakan 3.000 lapangan kerja di bidang jurnalistik hilang antara tahun 2011 sampai 2017 di Australia.

Selain berbagai berita mengenai disrupsi yang berdampak pada industri media, PHK juga membuat banyak orang mempertimbangkan kembali untuk berkarier di bidang ini.

Dosen senior di Charles Sturt University, Jock Cheetham, mengatakan sudah muncul persepsi di kalangan orangtua dan beberapa mahasiswa bahwa karier di bidang media sekarang tidak menjanjikan.

Namun dia tidak sependapat.

"Pada tahun 2022, saya mendapat banyak permintaan dari mereka yang memerlukan staf untuk bekerja di kawasan regional," katanya.

"Tahun lalu jumlah permintaan yang meliputi wartawan pemula sampai wartawan tingkat menengah tinggi sekali, tapi sedikit yang berminat."

Faktor lain yang berpengaruh adalah kompetisi di dunia industri besar yang juga mempekerjakan wartawan untuk perusahaan mereka.

Sebuah proyek bernama New Beats Project yang mempelajari kecenderungan PHK selama lima tahun di industri media menyimpulkan bahwa tak banyak mantan wartawan yang pindah bekerja menjadi humas mau kembali menjadi wartawan di media.

Proyek tersebut menerbitkan buku berjudul Journalists and Job Loss atau 'Wartawan dan Kehilangan Pekerjaan'.

"Responden kami tadinya bolak-balik pindah kerja antara humas dan wartawan selama survei, namun pada tahun 2017, tidak ada lagi di antara mereka yang bekerja sebagai humas mau kembali bekerja di media."

Baca juga: Koran Perancis Ungkap Perusahaan Energi Total “Danai” Junta Militer Myanmar

Warga masih mau membaca berita

CPA bekerja sama dengan perusahaan induk Facebook, Meta, terlibat dalam proyek pendanaan bernama Newsroom Sustainability and Digital Transformation Fund untuk membantu media lokal berkembang di ruang digital.

Walau halaman Facebook dan situs mereka semakin populer, editor pelaksana media lokal Condobolin, Argus Anne Coffey, mengatakan para pemasang iklan lokal masih enggan untuk masuk ke dunia digital.

"Kehadiran kami di dunia digital meningkat namun para pembaca belum mau membayar untuk produk digital," katanya.

Namun, pendapatan dari iklan bukan masalah utama bagi media daerah saat ini.

Menemukan dan mempertahankan para wartawan muda untuk mau bekerjalah yang menjadi perhatian utama Anne Coffey saat ini.

"Saya ingin pensiun dan menjual bisnis ini namun tidak ada orang yang mau mengambil alih," katanya.

"Dan warga di sini masih mau membaca berita, jadi saya tetap harus bekerja selagi bisa."

Baca juga: Dianggap Tayangan Bejat, Koran Turki Sensor Lengan Pemeran Serial Friends

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com