Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Menuju Hubungan Terbaik Indonesia-Malaysia

Kompas.com - 26/11/2022, 06:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RAJA Malaysia Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, akhirnya menunjuk Dato’ Seri Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri baru karena Aliansi Pakatan Harapan pimpinan Anwar berhasil merebut suara terbanyak dalam pemilu parlemen 2022, meskipun tidak mencatatkan angka mayoritas.

Pemilihan parlemen di Malaysia tanggal 19 November 2022, memang berakhir dengan situasi gantung alias tidak satu pun dari dua aliansi utama, yaitu Pakatan Harapan yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim, dan Perikatan Nasional yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin, mencapai angka mayoritas.

Anwar memimpin aliansi partai multietnis Pakatan yang cenderung progresif, sementara aliansi Muhyiddin mencerminkan pandangan yang lebih konservatif, yang terdiri dari etnis Melayu dan Partai Islam Se-Malaysia, PAS.

Pakatan Harapan berhasil memenangkan kursi terbanyak dalam pemungutan suara dengan 82 kursi, bersaing dengan Blok Perikatan Nasional Muhyiddin yang berhasil mengantongi 73 kursi.

Sementara itu, suara Blok Barisan Nasional yang lama berkuasa di Malaysia dan dimotori oleh partai UMNO (United Malay National Organisation/Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu), anjlok total.

Blok Barisan hanya berhasil meraih 30 kursi, hasil pemilu terburuk UMNO yang telah mendominasi politik Malaysia sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1957.

Untuk membentuk pemerintahan dibutuhkan mayoritas sederhana 112 kursi. Walhasil, ketidakpastian hasil pemilu berpotensi memperpanjang masa ketidakstabilan politik di Malaysia dan berisiko membuat Malaysia semakin kesulitan untuk mempercepat pemulihan ekonomi.

Setelah Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin melewati tenggat waktu hingga Selasa sore (22/11), dan gagal untuk membentuk koalisi pemerintahan, keputusan tentang jabatan perdana menteri jatuh ke tangan Raja Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah.

Malaysia memang memiliki tatanan monarki konstitusional yang unik. Raja dari keluarga kerajaan sembilan negara bagian dipilih secara bergiliran untuk memerintah selama lima tahun.

Secara teknis konstitusional raja memiliki peran seremonial, tetapi secara prinsipil dapat mengangkat seorang perdana menteri yang ia yakini bisa menjadi pemimpin mayoritas di parlemen, jika dibutuhkan.

Dan itulah yang dilakukan Raja Malaysia, untuk memecah ketidakpastian politik pascapemilu. Kali ini, setelah melakukan pertemuan dengan sembilan raja, kursi Perdana Menteri jatuh ke tangan Anwar Ibrahim.

“Saya, Anwar Ibrahim, setelah ditunjuk untuk menjabat sebagai perdana menteri, bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan dengan jujur memenuhi tugas itu dengan segala upaya saya dan bahwa saya akan mengabdikan kesetiaan saya yang sebenarnya kepada Malaysia.”

Itulah kalimat dalam sumpah jabatan perdana menteri Malaysia yang diucapkan Anwar Ibrahim sekitar pukul 17.00, Kamis ( 24/11) waktu Malaysia di Istana Negara di Kuala Lumpur.

Anwar menunggu selama 24 tahun untuk bisa mengucapkan kalimat tersebut. Bukan penantian biasa tentunya, melainkan penantian yang penuh dengan perjuangan dan ia pun harus keluar-masuk penjara untuk itu.

Anwar sempat selangkah lagi menuju kursi PM Malaysia. Namanya melejit dan karier politiknya meroket saat dia terpilih menjabat sebagai Menteri Keuangan, lalu menjadi Wakil PM pada awal tahun 1990-an di bawah pemerintahan PM Dr Mahathir.

Anwar dan Mahathir dianggap sebagai duo paling dinamis dalam perpolitikan Malaysia pada saat itu. Bahkan, ia digadang-gadang akan menjadi pengganti potensial Mahathir.

Lalu krisis Asia pun datang. Perbedaan pandangan dan rencana kebijakan terkait penanganan krisis 1998 akhirnya membuat Anwar didepak dari jabatannya sebagai wakil perdana menteri.

Anwar bahkan harus keluar masuk penjara dengan berbagai tuduhan. Mulai dari tuduhan penyalahgunaan kekuasaan hingga kasus sodomi. Kasus-kasus itu selalu muncul ketika Anwar kembali bersinar di dunia perpolitikan Malaysia.

Anwar kembali memimpin koalisi oposisi dalam pemilu Malaysia tahun 2013. Koalisi pimpinannya meraup 50,87 persen suara populer, namun gagal mendapatkan jumlah kursi yang cukup untuk mendominasi parlemen.

Lalu Anwar kembali dijebloskan ke penjara atas tuduhan sodomi untuk kedua kalinya tahun 2015. Saat itu, Anwar dijatuhi hukuman lima tahun penjara, saat usianya menginjak 70 tahun. Selama dipenjara, Anwar bersikeras menyatakan dirinya tidak bersalah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com