Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Anak dan Remaja Pasien Leukimia di Yaman Meninggal karena Diberi Obat Kedaluwarsa

Kompas.com - 15/10/2022, 14:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

SANAA, KOMPAS.com – Sedikitnya 10 anak dan remaja di rumah sakit di Sanaa, Yaman, yang dirawat karena mengidap leukemia meninggal setelah diberi obat kedaluwarsa.

Dilansir Al Jazeera, Jumat (14/10/2022), mereka yang tewas karena obat kedaluwarsa merupakan bagian dari 19 pasien leukemia yang berusia antara tiga hingga 15 tahun.

Selain itu, seorang anak dilaporkan dalam kondisi yang sangat kritis.

Baca juga: 4 Anak di Yaman Tewas Kena Ranjau

Kementerian Kesehatan Yaman bentukan pemberontak Houhti mengatakan, obat tersebut terdeteksi terkontaminasi bakteri.

Kementerian menambahkan, obat tersebut diselundupkan ke Yaman. Pihak berwenang tidak merinci kapan kematian ke-10 anak dan remaja tersebut.

Seorang sumber medis di Sanaa mengatakan kepada kantor berita AFP  bahwa obat tersebut telah melewati tanggal kedaluwarsa.

Menurut sejumlah pejabat dan pekerja bidang kesehatan yang berbicara kepada Associated Press, sekitar 50 anak dan remaja menerima pengobatan kemoterapi selundupan yang dikenal sebagai metotreksat yang awalnya diproduksi di India.

Baca juga: Sempat Dipisahkan, Salah Satu dari Kembar Siam Yaman Meninggal Usai Operasi 15 Jam

Mereka mengatakan, total ada belasan anak dan remaja yang telah meninggal karena obat yang kedaluwarsa.

Para pejabat dan pekerja tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak diberi wewenang untuk berbicara dengan media.

Sejak perang saudara di Yaman pecah pada 2014, masyarakat sipil kesulitan mendapatkan akses ke layanan dasar, termasuk kesehatan.

Kondisi tersebut menciptakan jaringan penyelundupan besar di sana.

Baca juga: Kisah Tak Biasa Pasutri Asal India: Istri Terjebak Perang Ukraina, Suami Disekap Pemberontak di Yaman

Beberapa dokter di Sanaa mengatakan, sejumlah pejabat dari pemberontak Houthi diam-diam bekerja dan bermitra dengan penyelundup obat-obatan yang sering menjual obat kedaluwarsa ke klinik swasta.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Yaman bentukan pemberontak Houhti menyalahkan kematian yang muncul disebabkan oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.

Menurut kementerian tersebut, pasukan koalisi menyebabkan pasokan obat-obatan mengalami kekurangan di berbagai daerah.

Baca juga: Pemberontak Houthi dan Koalisi Pimpinan Saudi Sepakati Gencatan Senjata di Yaman Selama 2 Bulan

Kementerian Kesehatan Yaman bentukan pemberontak Houhti mengatakan, pihaknya telah membuka penyelidikan atas kematian terbaru.

Perang saudara di Yaman, ditambah intervensi dari pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, membuat sektor kesehatan di negara tersebut kacau balau.

Situasi di Yaman bahkan dianggap sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan telah menewaskan lebih dari 150.000 orang.

Baca juga: Koalisi Pimpinan Saudi Janji Hentikan Operasi Militer di Yaman Selama Bulan Ramadhan, tapi Houthi Berkata Lain

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com